6 langkah untuk mengembangkan Public Relations dan Media


oleh.: Laura Lake

(Marketing)Ahli Marketing akan memberitahu Anda bahwa hubungan masyarakat terencana kampanye seringkali jauh lebih efektif daripada iklan.Ini akan membantu Anda dalam mengembangkan dan menciptakan inti dari kampanye PR Anda dalam enam langkah mudah.

Langkah 1: Menentukan dan menuliskan tujuan Anda untuk publicity atau media plan.

Bagaimana Anda akan mendesain kampanye public relations anda? Apakah akan dirancang untuk:

*Membangun keahlian Anda di antara rekan-rekan Anda, the press, atau klien potensial atau pelanggan?
*Membangun goodwill antara pelanggan, pemasok, atau komunitas Anda?
*Membuat dan memperkuat brand dan citra perusahaan yang profesional?
*Menginformasikan dan menciptakan persepsi yang baik mengenai perusahaan dan jasa Anda?
*Membantu Anda dalam memperkenalkan layanan baru atau produk untuk pasar Anda?
*Menghasilkan penjualan ?
*Mengurangi dampak publikasi negatif atau krisis perusahaan?

Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya mengatakan hal ini di awal yang seharusnya untuk menunjukkan pada Anda bagaimana membuat dan mengembangkan rencana publisitas? Jawabannya adalah mudah. Agar Anda dan media rencana publisitas menjadi sukses itu hal pertama yang paling penting untuk menentukan dan menetapkan tujuan Anda. Dengan tujuan yang jelas dalam pikiran Anda telah meletakkan karya dasar.

Langkah 2: Tentukan tujuan Anda dalam mencapai tujuan ini. Sangat penting bahwa tujuan Anda harus spesifik, terukur, berorientasi pada hasil dan waktu yang mengikat. Tujuan ini harus sejalan dengan bisnis Anda secara keseluruhan, pemasaran, dan penjualan tujuan.

Langkah 3: Tentukan target audiens Anda yang terdiri dari. Siapakah yang ingin Anda jangkau dengan kampanye ini? Anda ingin pensan anda seperti apa?

Langkah 4: Mengembangkan jadwal untuk kampanye relasi publik. Menciptakan sinergi dengan rencana umum Anda bertepatan hubungan dengan usaha pemasaran dan penjualan lain.

Langkah 5: Mengembangkan rencana Anda dari serangan. Apa kendaraan komunikasi yang akan Anda gunakan untuk mmenyampaikan pesan Anda ke publik? Contoh-contoh dapat termasuk:
-Siaran pers
-Artikel
-Customer Success Stories
-Surat untuk Editor
-Konferensi Pers, Wawancara, atau Media Wisata
-Radio, televisi, atau Tekan Wawancara
-Seminar
-Acara Sponsor

Pilih tiga dari daftar dan mulai meneliti dan mengembangkan pendekatan Anda.

Langkah 6: langkah-langkah pasang di tempat untuk melacak hasil PR Kampanye. Setelah setiap kampanye, duduk dan meninjau hasil. Apakah Anda mencapai tujuan yang ditetapkan dari kampanye ini?

dikutip dari>> http://marketing.about.com/cs/publicrelations/a/prplan6steps.htm
Read more

6 Tanda brand yang lemah


(Branding)Tidak mudah meyakinkan orang untuk menginvestasikan waktu mereka yang berharga, perhatian dan tentu saja uang di merek Anda, setidaknya tidak seperti dulu, dan itu tidak mudah untuk meyakinkan pemilik usaha dan pengusaha untuk menginvestasikan waktu dan uang di merek mereka. Mengapa? ada banyak alasan untuk menjelaskan situasi ini, beberapa di antaranya adalah:

* Karena ketidak tahuan tentang pentingnya dan kekuatan merek yang baik.
* Karena mereka tidak ingin berinvestasi dalam sesuatu yang mereka anggap berharga (Salah)
* Karena mereka tidak percaya dengan sesuatu yang tidak berwujud
* Karena mereka lebih memilih untuk fokus pada aspek lain dari bisnis.

Tapi ada ratusan alasan. Sebenarnya saat ini dengan peningkatan jumlah pesaing di segala bidang dan industri yang lebih penting adalah untuk berfokus pada jiwa dan citra bisnis. Mungkin ada ribuan orang yang menawarkan produk yang sama seperti yang Anda lakukan, dan dengan kualitas yang sama, maka Anda perlu sesuatu yang lebih, sebuah merek yang kuat dan relevan. Berikut

adalah beberapa hal yang mungkin ingin anda pikirkan apakah brand anda termasuk lemah atas tidak.

- Tidak ada yang bisa mengingat logo dan gambar.
- Nilai perusahaan Anda adalah jumlah aktiva berwujud milik Anda.
- Anda tidak dapat menentukan dalam satu kalimat merek Anda.
- Anda tidak dapat menentukan apa yang membedakan Anda dari pesaing langsung Anda.
- Merek Anda tidak memiliki visi, misi atau nilai-nilai sama sekali.
- Jika seseorang mengetahui bisnis Anda, mereka tahu tentang hal itu karena Anda dan bukan
karena merek.

Itu adalah tanda-tanda kuat yang memberitahu bahwa Anda memiliki merek yang lemah, jika Anda memiliki setidaknya salah satu dari mereka, Anda pasti melakukan sesuatu yang salah. Cobalah untuk mendefinisikan apa masalahnya, dan fokus dalam memecahkan masalah tersebut, ingat bahwa Anda harus menjaga citra bisnis dan semua merek Anda.



dikutip dari http://bloggerlounge.dakno.com/2007/04/09/six-signs-of-a-weak-brand/
Read more

Branding, Power & Management.


Branding, merupakan sebuah kata yang berasal dari kata dasar Brand, yang berarti Merk. Akan tetapi, ketika kita mencari arti kata Branding didalam kamus bahasa inggris, kita tidak akan menemukan arti yang sesuai. Sedangkan begitu banyak macam pengertian branding yang bertebaran didunia maya hingga buku sekalipun, yang tentunya bisa membingungkan kita. Lalu bagaimana arti branding seharusnya ?

Didalam hal ini, saya menterjemahkan kata Branding dengan arti Memperkuat merek produk ataupun jasa. Kita semua mengetahui, bahwa fungsi dasar dari sebuah merek adalah sebagai pembeda antara yang satu dengan yang lainnya. Namun, dengan adanya dinamika didalam derasnya kompetisi pasar, sebuah merek membutuhkan kekuatan dan pengelolaan. Unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan sebuah merek adalah, dari apa yang anda lihat (tangible), dan dari apa yang anda dengar dan yang anda rasakan (intangible).

Kedua unsur diatas merupakan syarat utama untuk membangun kekuatan sebuah merek didalam kompetisi pasar. Lalu, elemen apa saja yang terdapat di kedua unsur tersebut ? Elemen-elemen yang terdapat didalam kedua unsur tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Tangible : Produk, packaging/kemasan, identitas visual, dsb.
  2. Intangible : Kualitas produk dan jasa.

Kedua unsur inilah yang harus kita kelola dengan baik. Didalam pengelolaan sebuah brand, memang bukanlah hal yang mudah, karena kita harus berani menyadari dan mengevaluasi kekurangan dan kelemahan yang terdapat di produk ataupun jasa yang kita miliki, mulai dari desain kemasan/packaging yang tidak outstanding, desain identitas visual yang buruk, kualitas produk yang kurang bisa bersaing, pelayanan yang tidak ramah-klien, dsb. Dengan adanya evaluasi dan kesadaran itu, sebaiknya kita harus segera membenahi dalam waktu secepat mungkin. Mengapa ? Karena ini berkaitan erat dengan citra dari Brand yang anda miliki. Lalu apa hubungan antara branding dengan pencitraan ? Nah, kini saatnya kita mengetahui hubungan branding dengan pencitraan.

Branding adalah pencitraan itu sendiri. Citra didalam arti kata adalah gambar (Inggris: image), sedangkan didalam pola pikir masyarakat dan konsumen, citra sering kali di identikan dengan sesuatu yang tidak tampak atau kesan yang dirasakan. Didalam hal ini, pencitraan bukanlah tujuan dari branding, karena branding adalah pencitraan itu sendiri (seperti yang saya katakan diawal tulisan). Jika branding adalah pencitraan, maka branding adalah sesuatu yang sangat krusial, dan yang menentukan hidup matinya sebuah merek.

Didalam hal ini, Untuk memperkuat Citra yang terlihat secara visual (tangible), memang membutuhkan pihak yang mempunyai kapabilitas dan pengalaman, sedangkan untuk memperkuat Citra yang tidak terlihat (intangible), itu adalah tugas dari perusahaan yang memproduksi produk itu sendiri. Terlepas dari semua itu, ini adalah pilihan anda, dan kami hanya menawarkan solusi yang terbaik.

Satriyo Niti Atmojo, Vordava.

dikutip dari>> http://vordavadesignstudio.wordpress.com/

Read more

Strategi Social Media Marketing Perlu Riset dan Insight


Oleh Nukman Luthfie

Mantra Social Media Marketing & Public Relations yang selama ini banyak didengung-dengungkan hanya dua. Yakni conversations dan engagement. Seperti disebut oleh The Cluetrain Manifesto: Markets are conversations. Di era social media, konsumen bukan lagi individu-individu pembeli, namun berjejering, yang saling bercakap-cakap satu sama lain. Jejaring konsumen yang saling bertukar info inilah yang membuat pasar menjadi kian cerdas dan kritis. Apa boleh buat, iklan tradisional via media (radio, cetak, teve, dan bahkan web) dan berbagai taktik marketing lain yang berjaya di era sebelum social media, kini tidak cukup lagi untuk merebut hati konsumen.

Perusahaan/merek harus melengkapi strategi pemasaran tradisional mereka dengan pemasaran media sosial yang karakternya adalah percakapan (conversations). Tentu saja, percakapan itu pada suatu titik harus bisa meningkat ke tahap engagement supaya bukan hanya meningkatkan brand awareness, tetapi juga dapat menciptakan penjualan dan loyalitas merek.

Dua mantra inilah yang selama ini banyak dipraktekkan perusahaan/merek Indonesia di berbagai medium sosial terutama Facebook dan Twitter. Mereka biasanya membuat akun di Facebook dan Twitter, melengkapinya dengan Fanpage dan lain-lain. Kemudian, mereka sibuk membangun percakapan dengan pengguna media sosial melalui akun-akun tersebut, dengan berbagai taktik.

Ada yang berhasil. Banyak yang gagal.

Mengapa? Karena dua mantra conversations dan engagement itu baru benar separo.

Benar separo? Ya!.

Saya perhatikan, kebanyakan perusahaan/merek melakukan percakapan yang sesungguhnya tidak bermakna untuk konsumen sehingga lama-kelamaan eksistensi mereka di media sosial diabaikan oleh pengguna media sosial. Perhatikan, banyak akun merek di media sosial yang jumlah fans/follower/friends – nya terbatas. Kalau pun banyak, setelah diteliti lebih dalam, tidak melakukan percakapan. Para fans/follower/friends yang banyak itu menjadi fans/follower/friends “mati”.

Dengan kondisi seperti itu, peningkatan status dari “conversations” ke “engagement” adalah kemustahilan.

Kecuali manajemen media sosialnya yang kurang tepat, perusahaan/merek yang gagal di media sosial kemungkinan besar karena melangkah terburu-buru tanpa dilandasi dua matra lain: riset dan insight!

Ini terbukti dari banyak kasus, budget perusahaan/merek untuk dua hal tadi nol besar di Social Media Marketing & PR.

Padahal kita tahu, riset “mengapa konsumen bersedia menjadi fans/follower/friends sebuah merek” misalnya, sangat menentukan content yang dibawa ketika membangun “conversation“. Padahal kita tahu, kepingan informasi kecil pun bisa menjadi insight yang bagus membangun “conversations” yang mengarah ke “engagement”

Maka, dari sudut pandang saya, Social Media Marketing bukan hanya conversations dan engagement semata. Namun conversations dan engagement yang dilandasi oleh riset dan insight terus menerus.

dikutip dari>> http://virtual.co.id/blog/cyberpr/strategi-social-media-marketing-perlu-riset-dan-insight/
Read more

Apa itu branding dan Seberapa penting untuk strategi pemasaran


(Branding,Marketing)American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai nama , istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi dari semua itu yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu perusahaan atau kelompok perusahaan dan untuk membedakan mereka dari perusahaan lain.

Oleh karena itu sangat masuk akal bahwa untuk memahami branding yang bukan sekedar mengejar target pasar untuk memilih anda dalam persaingan, tetapi tentang mendapatkan prospek bahwa anda adalah satu-satunya yang bisa memberikan solusi untuk masalah mereka.

Berikut adalah tujuan merek yang baik:

* Memberikan pesan jelas
* Mengkonfirmasi kredibilitas Anda
* Menghubungkan secara emosional dengan calon pelanggan Anda
* Memotivasi pembeli
* Beton (dasar) loyalitas paengguna

Untuk berhasil dalam branding, Anda harus memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan serta prospek mereka. Anda melakukan ini dengan mengintegrasikan strategi merek Anda melalui perusahaan Anda di setiap titik kontak publik.

Merek Anda tinggal di dalam hati dan benak pelanggan, klien, dan prospek. Ini adalah jumlah total dari pengalaman mereka dan persepsi, beberapa yang dapat mempengaruhi, dan beberapa yang tidak.

Sebuah merek yang kuat sangat berharga sebagai pertempuran untuk mengintensifkan pelanggan dari hari ke hari. Sangat penting untuk menghabiskan waktu dalam meneliti, mendefinisikan, dan membangun merek Anda. Setelah semua merek Anda adalah sumber dari janji kepada konsumen Anda. Ini adalah bagian mendasar dalam komunikasi pemasaran Anda dan anda tidak akan berhasil tanpa mereka.




dikutip dari>> http://marketing.about.com/cs/brandmktg/a/whatisbranding.htm
Read more

Brand dan Manusia Bisa Saling Belajar di Social Media.


Oleh Adhitia Sofyan,
Creative Director Virtual Consulting,
www.virtual.co.id


(Marketing)“Nanti siang meeting di brand x, mereka mau masuk ke social media”, kata seorang rekan di kantor pagi itu. Yak, meeting dengan agenda ini menjadi sangat sering terjadi sekarang. Semua brand mau masuk ke Facebook, semua brand mau nyemplung di Twitter. Kenapa? Ya simple, karena kita semua sedang ngumpul disitu sekarang, gak lagi melulu di depan tivi, atau radio atau baca media cetak.

Social media adalah tempat manusia biasa (baca : bukan brand) berkumpul dan berkomunikasi. Tentu saja caranya sangat bebas, apa adanya dan spontan, karena Facebook, Twitter dan Blog bukanlah milik brand seperti halnya product site. Cara biasa brand berkomunikasi yang kaku, sangat iklan, selalu ingin sempurna tanpa cacat tidak akan berhasil di social media. Brand harus menyesuaikan diri, melepas atribut-atribut korporatnya yang dinilai kaku dan tampil lebih luwes di social media; jujur, spontan, mendengarkan konsumen, mendengarkan konsumen, mendengarkan konsumen, ya, saya sebut 3 kali memang, dan engage dengan mereka.

Sebaliknya daripada yang diatas (lah…kok kayak srimulat), dengan berpartisipasinya kita (manusia biasa, non-brand) di social media; Facebook, Twitter, blog dsb, mau tidak mau kita sudah menempatkan diri sebagai brand. Kita menulis di online biodata, siapa kita, what we believe and stand for, dan berkomunikasi berdasarkan poin-poin tadi, terkadang kita juga jadi menjaga diri, berhati-hati pasang status FB atau pikir-pikir sebelum nge-tweet biar gak malu-maluin, nah…you’re acting like a brand now!

Sayangnya tidak sedikit manusia (non-brand) yang suka lupa bahwa social media adalah ruang publik; ada friends dan followers yang semuanya bisa melihat apa yang kita ‘sajikan’ di social media. Friends dan followers ini adalah jaringan besar daripada friends dan followers lain yang saling bisa berkomunikasi dan mem-forward konten. Mau tidak mau, dengan keikutsertaan kita di social media berarti kita dengan sukarela telah menjadikan diri kita sebagai bahan tontonan buat orang banyak. Tidak jarang masalah serta konflik personal muncul karena sang manusia kurang bisa menjaga, me-manage dan menahan diri di social media.

Nah, sebetulnya di social media, brand dan manusia bisa saling belajar dari masing-masing. Brand yang terlalu nge-brand; kaku, membosankan, korporatif, takut salah, gak mau dengerin orang, mau sempurna terus dll bisa belajar untuk agak santai dan luwes dari manusia (which I found this should be easy since brands are handled by humans anyway, is that they tend to forget that they are humans and become boring marketing machines when they go to office and become the brand they’re working for).

Now, manusia bisa belajar dari brand dalam berkomunikasi di social media. Mungkin bisa mulai mencantumkan data diri yang kredibel (or yeah..you can keep it as ‘weird space alien dorkface’ if you’d like), mulai me-manage diri dalam ber-social media; apa yang mesti atau tidak semestinya di share ke publik, info apa yang patut dipasang atau tidak, berpikir sebelum nge-tweet, safe atau tidak tweeting-an saya ini, bagaimana kalau dilihat followers, ingat-ingat siapa saja yang mem-follow atau friends kita, apakah kita sudah mempelajari dan memahami cara Facebook dan Twitter (misal) bekerja dll dsb.

- Misal :RT in Twitter does not mean Reply Tweet, and Twitter is not Yahoo Messenger (chatting hahahihi gak penting di Twitter) nor it is an sms-ing platform ,(“Eh, gue udah nyampe nih, lu dimana?” via Twitter). Ignore these and you might be perceived as annoying and ignorant.


Intinya common sense saja, you should act depending on where you are, kalau di kamar mandi, silakang bertingkah seperti di kamar mandi, kalau di warung, monggo bertingkah seperti di warung, kalau di masjid ya sadarlah kalau sedang di masjid, kalau di gala dinner ya you should now what to do, dan demikian pula kalau sedang di social media. Know where you are, brand, manusia, selamat datang di social media, mari saling belajar.



dikutip dari>> http://virtual.co.id/blog/social-media/brand-dan-manusia-bisa-saling-belajar-di-social-media/
Read more