Saat Brand Berkampanye Melalui Channel Social Media




(Marketing)Sampai sekitar 3 tahun lalu, saat portal informasi masih menjadi tujuan utama pengguna internet Indonesia, pola berkampanye brand di ranah daring masih menggunakan pola sama. E-Advertising mereka lakukan dengan cara memasang iklan brand di spot-spot portal dan membayar sewa spot itu selama minimal sebulan. Tak beda dengan apa yang brand lakukan di media cetak dan televisi. Sekeren-kerennya desain brand, informasi yang disampaikan masih tetap satu arah, dari produsen ke konsumen.


Perkembangan selanjutnya, desain brand semakin interaktif, dengan perkembangan rich media banner. Pengguna bisa berinteraksi, bermain game, mengirim data via form di dalam brand, dan mendapatkan pengalaman lebih dari sekedar menatap pasif iklan. Bahkan ada beberapa situs yang menawarkan untuk mengubah desain tampilan portal agar relevan dengan tema kampanye brand.

Meski dengan rich media banner, interaksi terasa lebih kaya, namun pesan yang diberikan masih dominan disampaikan oleh brand. Pengguna belum bisa merasakan pengalaman yang membuat iklan yang disampaikan itu menjadi terasa lebih personalized. Tidak ada yang membuatnya menjadi khas sesuai keinginan pengguna. Kalau diizinkan, E-Advertising era masa ini bolehlah disebut sebagai era E-Advertising 1.0. Komunikasi yang terjadi masih cenderung satu arah, bersifat top-down.

Saat blog tumbuh pesat dan gaungnya membesar sejak tahun 2007, brand secara perlahan-lahan mulai melirik ini sebagai salah satu channel potensial. Meski masih meraba-raba, beberapa brand ternama mulai mencoba meraih atensi para narablog (blogger). Sebutlah PT Toyota-Astra Motor, sebagai brand pertama yang menyelenggarakan gathering makan siang bersama para narablog. Karena ini merupakan hal baru, para narablog pun antusias menghadiri acara dan melakukan reportase tulisan di blognya. Ada pula yang mengadakan kompetisi blog, dengan harapan nama brand itu disebut di banyak blog. Secara tidak langsung para pembaca blog yang ikut dalam kompetisi itu pun aware akan kegiatan brand tersebut.

Sekarang saat Facebook menjadi situs yang paling banyak dikunjungi pengguna internet Indonesia, pola kampanye brand pun semakin bergeser. Istilah social media marketing pun mulai dikenal. Kalau dahulu brand berkampanye dengan membuat situsnya sendiri, kini tak lengkap kalau kampanye itu tak terintegrasi dengan Facebook. Bahkan kini ada brand seperti BNI yang hanya berkampanye di dalam Facebook, tanpa membuat situs kampanye tersendiri. Kalau dulu pengunjung diminta untuk datang ke situs kampanye brand, kini eranya brand yang mendatangi dimana para pengguna internet biasa berkumpul.

Melalui blog, Facebook, lalu Twitter dan YouTube, setiap program kampanye dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi pengalaman unik setiap individu yang berpartisipasi. Dari sisi pengguna pun terasa lebih nyaman, karena mereka lalu tidak melihatnya seperti iklan. Mereka melihatnya sebagai salah satu fungsi yang umumnya mereka lihat saat sehari-harinya mereka beraktivitas di social media. Apalagi kalau program yang dilakukan brand menunjang E-Narcism mereka. Iklan terlihat lebih halus, dan lebih disukai para targetnya. Melalui kampanye seperti ini pun, brand bisa terlibat dalam percakapan dengan para penggunanya. Brand tentu harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi, karena percakapan tak bisa dikendalikan sepenuhnya lagi oleh brand. Nah, kalau diizinkan lagi, E-Advertising era masa ini bolehlah disebut sebagai era E-Advertising 2.0. 

E-Advertising 1.0 bersifat satu arah, hanya dari brand menuju konsumen, sementara E-Advertising 2.0 bersifat dua arah. Konsumen yang terlibat dalam percakapan dengan brand menyebarkannya ke teman-temannya yang lalu ikut pula melibatkan diri dalam percakapan dengan brand.

Baca juga tulisan tentang E-Cosystem untuk mendapatkan gambaran skematik besarnya.


Dikutip dari: http://media-ide.bajingloncat.com/2009/07/08/saat-brand-berkampanye-melalui-channel-social-media/

0 comments:

Posting Komentar