Tentang Creativepreneurship



Tulisan ini menyambung tulisan sebelumnya tentang Kopdar Pertama Belajar Kreatif. Saat itu yang rajin menulis blog ini ikut bercerita tentang pengalamannya mengembangkan perusahaan berbasis kreatif bernama Stratego dan lalu forum FreSh. Semuanya dijabarkan dalam beberapa poin, yang mudah-mudahan bisa menjadi tips bermanfaat bagi yang mendengarkannya.

Poin-poin tersebut bisa disimak di salindia presentasi berikut ini:

Idea

Ide adalah jelas modal utama bisnis berbasis kreatif. Nggak ada ide, ya nggak akan kreatif. Klien membayar kita untuk memberikan solusi. Makanya, kita yang harus memutar otak, mencari inspirasi, mencoret-coret, mencari data, yang bisa menjawab permintaan klien. Semua perusahaan kreatif mengandalkan ide sebgai basis utamanya. Tanpa ide nggak akan tergores tulisan di majalah. Tanpa ide nggak akan sebuah musik bisa tercipta. Tanpa ide nggak akan ada aplikasi web dan multimedia canggih. Ada banyak ide bermunculan datang dan pergi. Ide yang berhasil adalah yang bisa dipakai untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Saat kita berhasil memberikan solusi, saat itulah ide itu kita anggap berhasil.

Passion

Seperti Pak Nukman cerita di tulisannya, dalam berbisnis atau bekerja atau belajar, kita harus punya passion. Passion tidak akan pernah redam sampai apa yang kita inginkan tercapai. Kalau tiba-tiba kita merasa jenuh, sebaiknya kita mempertanyakan pada diri kita sendiri, benarkah jalan ini yang ingin kita tempuh? Kalau memang kita benar-benar passion akan yang kita kerjakan, kita tak akan pernah jenuh. Bisa jadi kita kelelahan, tapi itu tetap tak akan mengendurkan semangat kita dalam berusaha.

Partnership

Bekerjasamalah dengan seseorang yang kita benar-benar percaya. Berpartner akan meringankan beban pikiran, apalagi kalau yang dijadikan partner adalah orang yang benar-benar sudah klop dengan kita, yang bisa saling menutupi kekurangan lainnya. Selain itu, beraliansilah dengan rekan-rekan perusahaan lain. Tidak melulu semua kegiatan produksi kita kerjakan sendiri. Carilah rekanan yang punya prestasi bagus (atau setidaknya punya potensi untuk itu). Bangun kerja sama agar bisa saling menguntungkan satu dengan lainnya.

State your goals

Dalam melakukan setiap tindakan harus punya tujuan, supaya kita bisa mengukur tingkat pencapaian kita sejauh apa. Kita bisa tentukan per bulan, per 6 bulan, atau per tahun. Tingkat pencapaian bisa berupa target pemasukan, target akuisisi klien, atau target jumlah pekerjaan yang berhasil diselesaikan.

Be unique

Ada banyak perusahaan berbasis kreatif. Banyak di antaranya yang mirip. Kita harus menemukan keunikan kita sendiri. Keunikan yang membuat kita mudah diingat, dan bahkan menjadi keunggulan kita di antara lainnya.

Proactive in finding opportunity

Menunggu diam saja tanpa bergerak tidak akan menghasilkan apa-apa, apalagi kalau kita baru memulai usaha. Bergeraklah! Buat materi presentasi yang menarik, kontak semua relasi, cari relasi baru di beragam acara, kalau perlu telpon-telpon calon prospek, dan ajukan presentasi langsung ke mereka. Bangun hubungan personal dengan teman-teman baru, agar nama kita semakin teringat di benak mereka. Siapa tahu nanti mereka yang memberikan peluang proyek kepada kita.

Rate yourself

Tentukan harga dari jasa kita sendiri. Bedakan antara harga produksi dan harga kreatif. Bisa jadi harga produksi suatu harga yang tetap dan kurang lebih sama dengan para pesain kita. Harga kreatif bisa jadi berbeda, karena nilai ide itu bisa tidak ada batasnya. Tentunya pengalaman pun ikut menjadi penentu harga. Kalau misalnya, kita menghargai ide kita 15 juta rupiah karena pengalaman kita yang cukup tinggi, ya jangan menerima penawaran lebih rendah dari itu. Beranilah menolak klien saat kita ditawar lebih rendah daripada harga kita sepatutnya.

Diversify

Ada istilah palugada (apa lu mau gua ada). Nggak salah juga, setidaknya saat-saat awal kita memulai usaha. Peluang nggak akan muncul dua kali. Kalau misalnya kita hanya terfokus pada 1-2 bisnis kreatif saja, saat ada yang menawarkan peluang proyek yang agak berbeda dari yang biasa kita lakukan, jangan takut untuk mengambilnya. Kita bisa mengerjakannya dengan beraliansi dengan rekanan lain. Karena, siapa tahu gara-gara kita mengambil peluang ini, kita malah bisa mengerjakan hal-hal lain dari klien sama di masa datang.



Be social

Banyaklah memberi setelah banyak menerima. Kalau kita sudah punya pengalaman, jangan ragu untuk membaginya ke orang lain. Bisa itu berupa tulisan di blog, berbicara jadi seminar, menulis buku, atau apapun. Saat kita membagi pengalaman, kita pun secara tidak langsung akan dilihat sebagai seorang yang kompeten, yang secara tidak langsung akan membuat nilai diri kita menjadi semakin meningkat.

Be a multitasker

Nah, saat memulai bisnis, jangan merasa malu menjadi seorang yang harus serba bisa. Bisa mendesain, bisa mengonsep, bisa berjualan di telpon, bisa menjadi kurir, bisa menjadi tukang tagih, bisa menjadi office boy, bisa menjadi tukang jaga pameran, bisa menjadi tukang, dan bisa bisa lainnya. Seseorang yang memulai bisnis multimedia dan berlatar belakang desain, jangan ragu untuk mulai belajar pemrograman, demikian sebaliknya. Seseorang yang biasanya di balik layar karena mengurusi produksi, harus berani bertatap muka langsung dengan klien dan ikut presentasi dan diskusi.

Trusted troops

Kalau pekerjaan multitasking sudah tak sanggup lagi dilakukan, percayakanlah sebagian beban ke orang-orang yang kita percayai. Biarkan mereka yang mengurusi, namun tentunya masih dalam pantauan kita. Kalau khawatir overhead bulanan membengkak, bentuklah pasukan tenaga freelance yang siap membantu kita lepasan hanya setiap ada proyek.

E-narcism

Sekarang era social media. Kita tidak dianggap eksis kalau kita tidak punya blog atau profil Facebook. Manfaatkan blog untuk bercerita tentang pengalaman dan kompetensi yang kita punya. Manfaatkan Facebook dan LinkedIn untuk membangun jaringan bisnis. Manfaatkan YouTube dan DeviantArt untuk memamerkan karya-karya kita. Manfaatkan Twitter dan Plurk untuk menceritakan hal-hal yang fun dari pekerjaan kita.

Sharing is good

Sekali lagi, berbagi pengetahuan dan pengalaman itu menguntungkan. Ilmu kita tidak akan hilang, justru kita akan dipaksa untuk belajar hal baru, agar kita bisa lebih unggul daripada yang lain. Namun, juga jangan kebablasan. Bila ada hal-hal yang saat ini masih menjadi keunggulan kita, ya jangan dibeberkan terlalu cepat. Saat kita sudah merasa cukup menuai hasilnya, bolehlah pengetahuan tentang hal itu kita bagi ke yang lain.

Never stops learning

Kita tidak boleh berhenti belajar, karena kita perlu membuat inovasi-inovasi baru. Sempatkan waktu untuk bereksperimen mencoba hal-hal baru. Siapa tahu di antara eksperimen kita itu malah membuahkan pemikiran baru yang menjadi keunggulan kreatif kita selanjutnya.



Prepare for rejection

Jadi pebisnis kreatif nggak selamanya enak. Harus sering pula merasakan kepedihan ditolak klien. Harus sering pula merasakan ikut tender atau pitch yang dibuat dengan melelahkan, lalu tidak menang. Jadi siap-siap saja menerima berbagai penolakan, baik yang disampaikan baik-baik atau yang paling tidak mengenakkan, tidak dikabari sama sekali. Sudah sering terjadi calon klien minta kita menyiapkan pitch, tapi tidak pernah memberi kabar apakah pitch kita diterima atau tidak.

Poorer than your friends?

Nah, seperti para pebisnis lainnya, siap-siaplah jatuh miskin. Ini bagian yang suka dilewatkan. Katanya berbisnis itu menguntungkan? Memang benar, tapi tidak dalam waktu singkat. Sebelumnya harus melalui masa-masa penderitaan. Bisa jadi saat kita berkumpul dengan teman-teman alumni, kitalah yang saat itu paling miskin. Ada yang sudah menjabat sebagai manajer senior di perusahaan tertentu, sementara kita masih mengais-ngais mencari peluang bisnis. Namun, kalau dilakukan dengan serius dan benar, dalam 2-3 tahun, bisa jadi (penekanan pada bisa jadi loh) kita lebih makmur daripada mereka. Atau, bisa jadi pula kita semakin melarat dibandingkan mereka.

Boring administration

Salah satu hal yang membuat malas adalah urusan administrasi. Karena kita terbiasa berpikir kreatif, memanfaatkan otak kanan kita untuk berkreasi, begitu kita berhadapan dengan hal-hal yang bersifat administratif, kita menjadi malas. Memang jujur saja, hal tersebut memang menjemukkan, namun mau tidak mau harus kita hadapi, seperti penyusunan proposal harga, penagihan, hingga mengurus pajak,

Time to start?

Sekarang tinggal pilih, mau mulai membangun bisnis kreatif sejak baru lulus, atau bekerja dulu pada perusahaan lain, baru keluar untuk membangun bisnis sendiri. Saat baru lulus, biasanya idealisme kita masih tinggi, dan keinginan untuk membuat sesuatu yang baru sangat besar. Bisa jadi kita punya keunggulan lebih dalam hal kompetensi, namun sayangnya jaringan bisnis kita belum luas, dan kita tak punya modal sama sekali. Kita butuh perjuangan ekstra untuk membentuk jaringan rekanan dan klien. Kalau kita terlebih dahulu bekerja dengan orang lain, setidaknya kita punya tabungan dan jaringan bisa kita mulai bangun dari tempat kita bekerja. Kelemahannya, bisa jadi kita menjadi terlalu nyaman berada di sana, sehingga semakin lama semakin sulit untuk keluar. Bisa jadi kebiasaan kita menerima gaji setiap bulan memberikan ketakutan tersendiri akan masa depan yang tak pasti, saat kita membangun usaha sendiri.


Dikutip dari: http://media-ide.bajingloncat.com/2009/07/04/tentang-creativepreneurship/

0 comments:

Posting Komentar