Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431H




Selalu terselip sebuah noda dalam kehati-hatian kami.
Semoga kata maaf ini, dapat menjernihkan kekhilafan itu.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H
Minal 'Aidin Wal Faizin
Read more

13 trend kegagalan merk


(branding)1. Kegagalan Elemen Merek

Masalah buruknya penanganan elemen-elemen merek seperti nama, logo, slogan, kemasan, karakter dan symbol, juga menjadi penyebab sebuah merek harus hengkang dari pasaran. Seperti kita lihat, banyak marketer yang menganti logo dan slogan mereknya dan mengabaikan konsistensi pewarnaan logo atau corporate color, yang berakibat buruk pada perkembangan merek itu sendiri. Konsistensi akan menimbulkan loyalitas.Sebaliknya ketidakkonsistenan elemen merek akan menjegal loyalitas terhadap merek tersebut.

Kegagalan elemen merek lebih terkait kepada kegagalan pemasar dalam meramu bauran pemasaran menjadi satu kesatuan dan terintegrasi sehingga menghasilkan merek yang berkualitas. Banyak pemasar ternyata tidak bisa membuat elemen elemen marketing miix menjadi satu kesatuan dan terintegrasi sehingga akhirnya merek yang dihasilkan menjadi tidak sempurna. Bahkan banyak yg hanya me too dan tidak sedikit yang menghasilkan marketing mix yg cenderung destruktif sehingga membuat ekuitas merek terdilusi.

2. Kegagalan STP

Ini adalah hal yg paling mendasar dan sering terjadi. Bahkan banyak pemasar tidak mengerti tentang STP dan sering langsung menyusun program marketing mix tanpa tahu mengenai apa strategi segmentasi mereka, kemana target mereka dan janji apa yang mereka tawarkan ke pasar> Akibatnya banyak pemasar yg karena tidak mengerti siapa target mereka kemudian ngawur menetapkan elemen marketing mix mereka<, dan tidak sedikit yg salah melakukan error positioning seperti janji terlalu berlebihan,janji kerendahan,jmembuat janji yang membingungkan konsumen serta janji yang diragukan oleh konsumen.

3. Kegagalan ide

Ada 2 kesalahan dalam mensreening ide yaitu go error dan drop error. Go error artinya kita meneruskan ide yang salah , dan drop error berarti kita membuang ide yang sebenarnya bagus.Banyak pemasar melakukan keslahan ini, tetapi kegagalan ide juga bisa disebabkan oleh top management atau owner yang terlalu memaksa ide ide favorit mereka, padahal dari hasil penelitian dan temuan didapatkan hasil negatif.Setelah nantinya kalau gagal di pasar kemudian mereka berusaha menyalhkan brand manager atau product manager untuk mencari kambing hitam. Jadi para pemasar harus berani menolak walaupun di paksa oleh top managemen mereka, karena kalau gagal berarti menorehkan tinta hitam di karir mereka.

4. Kegagalan menganalisis pasar

Kegagalan menganalisis pasar merupakan hal yang sering terjadi dan biasanya banyak yang menganggap hal ini tidak penting. Padahal para pemasar tidak dapat menentukan STP yg bener kalau tidak melakukan analisis pasar secara benar. STP harus dihasilkan dari analisis pasar yang akurat. Hal hal yang harus dianalisis adalah analisis ke konsumen,analisis ke pesaing, analisis ke produk, analasis pasar dan lingkungan.Michael Porter bahkan menyebutkan ada 5 kekuatan yang harus dianalisis yaitu : kekuatan tawar menawar buyer, kekuatan supplier, pesaing yang ada, pendatang baru dan kekuatan produk pengganti. Kelima kekuatan inilah yang akan menentukan keberhasilanm sebuah merek.

5. Kegagalan brand extension

Brand extension adalah suatu cara dimana kita memakai merek yang sama untuk diperluas ke produk kategori yang lain. Biasanya pemasar cenderung ,mengembangbiakkan mereknya tanpa suatu struktur yang jelas. Mereka sering kali lupa bahwa jika ingin melakukan perluasan merek maka merek yang diperluas harus merek yang ekuitas mereknya sudah kuat. Merek yang ingin diperluas tidak boleh merek tsb sudah ”over extension ”, mereka juga sering kali lupa bahwa image awal dari merek mereka belum tetntu bisa diperluas ke product kategori yang lain. Sehingga kita mestinya harus menciptakan hasil dari brand extension kita menjadi ”The Good or More Good” tetapi kebanyakn hasilnya adalah ”The Bad or The Ugly” bahkan ada yang menjadi ”More ugly”.

6. Kegagalan PR

Sering kali orang lupa tentang artinya Marketing PR, padahal MPR merupakan program program yang dibangun untuk membangun dan memelihara serta menaikkan image dari merek atau perusahaan. Banyak pemasar yang hanya masuk pada tataran membangun image atau mencuptakan image , tetapi banyak yang lupa tentang bagaimana memelihara serta menaikkan image.Apalagi kalau kita berbicara mengenai image repositioning, banyak pemasar yang tidak mengerti, sehingga jika produknya ada masalah, maka penanganannya mebnjadi amburadul.MPR yg buruk akan mengakibatkan jatuhnya image merek yang akhirnya akan menjatuhkan merek tersebut

7. Kegagalan komunikasi merek

Kegagalan komunikasi merek lebih disebabkan ketidaktahuan kita mengenai apa esensi dari komunikais merek. Kalau kita berbicara ,mengenai komunikasi merek berarti kita tidak hanya bicara mengenai periklanan, tetapi kita berbicara mengenai Integrated Marketing Communication, berbicara bagaimana seorang pemasar harus mengharmonisasi kegiatan kegiatan bauran komunikasi seperti : iklan,sales promotion,personal selling, public relation dan online marketing, bagaimana mengintegrasikan bauran komunikasi tersebut sehingga tercipta communication outcomes yang akan terlihat dari communication response index.

8. Kegagalan Mengubah merek

Merubah merek harus dilakukan dengan hati-hati , banyak kasus perubahan merek tidak membaw ahasil yang diharapkan. Jika dilakukan dengan tergesa gesa pasti fatal akibatnya. Jika mau melakukan perubahan merek, maka pastikan nama merek anda memang sudah bermasalah,asosiasi mereknya banyak yang negatif, atau karena harus mengikuti kebijakan strategi global.Salah satu syarat lainnya adalah pada saat merubah merek jika pesaing terdekatnya sangat kuat atau hampir sama perolehan market sharenya ,maka sebaiknya dihindari perubahan merek tersebut.Tetapi jika pesaing terdekat memiliki market share yang tidak besar, maka perubahan merek tidak akan terlalu beresiko. Lihat saja contoh perubahan merek yang berhasil dari sofell dan hansaplast, yang berani melakukan perubahan merek walaupun sebenarnya asosiasi merek awal yaitu sari puspa dan tensoplast masih bagus.

9. Kegagalan Teknologi

Banyak merek yang gagal juga karena produknya memiliki kompleksitas yang tinggi. Salah satu faktor penghambat adopsi merek oleh konsumen adalah faktor complexity. Konsumen merasa rumit dalam penggunaan produk tersebut, apalagi kalau target marketnya tidak well educated, sehingga konsumen merasa produk tersebut tidak user friendly.Makanya pemasar harus memperhatikan faktor faktor yang menghambat tingkat adopsi konsumen yaitu produk tsb harus memiliki relative advantage di banding pesaing, compatibility,complexity,divisibility,dan innovation’s communicability.

10. Kegagalan terhadap budaya pasar

Banyak pemasar yang terlalu memaksakan konsep globalisasi murni dimana semua program pemasaran dipaksakan masuk ke negara yang dituju. Untuk pasar Indonesia, individualisasi masih berlaku, artinya jika mau masuk ke indonesia maka program-prohgram pemasaran harus disesuaikan dengan kondisi kebudayaan lokal. Bukan hany STP nya yang harus dianalisis kembali, tetapi semua elemem marketing mix harus diosesuaikan dgn kondisi lokal. Think globally, act locally adalah hal yang harus dianut.Pemasar jangan terjebak dengan semua permainan dan konsep global yang mungkin gagah untuk diucapkan, tetapi gagal dalam mencetak market share dan profit.

11. Kegagalan pelayanan merek

After sales service merupakan suatu keharusan apalagi bagi produk produk yang menggunakan teknologi maju. Produk produk otomotif dan elektronik yang mengabaikan after sales service biasanya kandas ditengah jalan, demikian juga dengan perusahaan lainnya , service minded menjadi keharusan, karena sebenranya semua perusahaan adalah service company.

12. kegagalan sebagai pemain tunggal

Pemasar yang bermain sendiri akan sulit membuat pasarnya menjadi besar , disamping tentu saja biaya yang dikeluarkan juga akan besar. Edukasi pasar membutuhkan dana yang besar , sehingga perlu mengajak pemain lain untuk masuk untuk bersama sama mempercepat akselerasi pertumbuhan pasar. Pemain tunggal harus berupaya memancing pemain lain untuk masuk dengan menginformasikan incentif pemasaran ke pasar sehingga menaikkan attractiveness market, tentu saja ada resiko yang muncul jika yang masuk itu adalah big player serta fast follower tentu akan membahayakan posisi kita dip asar. Hendaknya sebelum melembar incentif pemasaran ke pasar maka pemasar hendaknya memperkuat posisi merek di pasar sehingga pondasinya sudah kuat.

13. kegagalan merek renta

Merek renta adalah merek yang sudah tua serta loyo, tidak punya semangat lagi । Merek ini selalu memandang dirinya telah banyak pengalaman dan tidak mau berubah, tidak mau mengikuti perkembangan pasar, menganggap dirinya lebih banyak pengalaman di banding dengan merek lain. Merek ini harus disadarkan tentang pandangan dirinya yg sallah tentang market, tentang persaingan, tentang segala-galanya, sehingga jika pemilik merek nya telah sadar, maka langka revitalisasi merek harus segera dilakukan.Jika tidak , maka merek tsb mengalami brand myopia, dan dipastikan akan hancur.


dikutip dari>> http://darmadidurianto.net/2010/02/13-tren-kegagalan-merek/


Read more

Kreativitas Kampanye di Twitter


(Marketing)Beberapa tulisan sebelumnya, suka dibahas kalau kampanye brand lokal di Twitter polanya selalu begitu-begitu saja. Dari membuat kuis tweet berhadiah dengan menempelkan hashtag di akhir tweet, hingga kontes banyak-banyakan RT (aduh yang ini, malas banget), apalagi kalau sampai mengganggu. Meski sebenarnya ada pula yang menarik seperti yang dilakukan @soyjoyID. Suatu prestasi tersendiri bagi @soyjoyID bisa membangun hype di Twitter selama hampir 3 bulan, dengan cara yang variatif dan tidak membosankan.

Kemarin-kemarin sudah banyak dibahas kasus lokal. Ada beberapa kasus brand luar yang sukses memanfaatkan Twitter untuk membangun hype-nya. Umumnya, seperti yang dilakukan @soyjoyID, keberhasilan kampanye ini karena terintegrasi pula dengan aktivitas offline-nya. Atau kalau misalnya murni online, aktivitas kampanyenya tidak terpaku hanya di timeline Twitter. API terbuka yang dimiliki Twitter dikembangkan menjadi sesuatu yang baru dan unik.

Beberapa contoh kasus luar berikut ini mudah-mudahan bisa memicu kreativitas untuk berkampanye di Twitter dengan lebih elegan.


Mad Men Yourself

Ini memang tidak berhubungan langsung dengan Twitter, namun buzz-nya sempat menyebar heboh di Twitter. Situs Mad Men Yourself ini merupakan promosi serial Mad Men yang menampilkan karakter-karakter dengan desain tahun 60-an. Aplikasi seperti ini sebenarnya sudah banyak sekali dibuat, namun kini di era Twitter dan Facebook, ada twist baru yang dimunculkan. Kita bisa membuat karakter ini untuk lalu kita jadikan avatar di Twitter dan Facebook. Saat peluncurannya dulu, pengguna Twitter di luar sana begitu kecanduannya, sehingga mereka mengganti avatarnya dengan hasil desain yang dikeluarkan dari aplikasi ini.

Beberapa minggu lalu seorang pengguna Twitter, @deon sukarela membuatkan banyak avatar dengan desain segaya, dan hebohnya menyebar dengan cepat. Tanpa terasa, virus avatar bergaya serupa menyebar. Saat itu banyak teman Twitter lainnya yang membuat hal serupa, dan ikut membantu @deon mendesainkan untuk teman-teman lainnya. Dalam seminggu lebih, buzz avatar ini masih terjaga, meski bisa jadi @deon sebenarnya tidak berekspektasi sejauh ini.


I Spy Levi’s

Kampanye Levi’s ini berlangsung di Australia dan Selandia Baru. Levi’s mengutus orang-orang terpilihnya untuk mengenakan jins Levi’s dan menyebarnya di beragam penjuru kota. Petunjuk untuk mencari orang-orang ini bisa ditemukan melalui akun Twitter Levi’s. Para peserta diminta untuk mencari orang-orang ini dan menanyakan ke mereka apakah mereka menggunakan Levi’s. Kalau dugaan si peserta benar, maka orang tersebut akan mencopot langsung celana Levi’s yang dikenakannya dan memberikannya ke si peserta.


Uniqlo UTweet

Uniqlo, sebuah brand fesyen, selalu punya ide-ide kreatif unik dalam kampanyenya. Yang terakhir kali, Uniqlo membuat aplikasi UTweet. Di situs ini, kita diminta memasukkan ID Twitter kita, atau memasukkan kata tertentu. Situs ini lalu akan menampilkan video flash yang secara dinamis mengambil percakapan terakhir kita di Twitter (dengan efek visual yang menarik). Di pertengahan hingga akhir video, promo brand Uniqlo ditampilkan dalam gaya visual yang tetap inline.


Twitter Cup

Kalau yang ini dari SonyEricsson dalam semangat Piala Dunia. Situs ini menampilkan seberapa banyak suatu negara disebutkan dalam percakapan di Twitter. Semakin sering disebutkan, maka sudut-sudut stadion bola yang diwakili negara tersebut akan semakin penuh oleh supporter. Negara yang jarang disebutkan di Twitter akan sedikit pula mendapat dukungan supporter.

Masih banyak sih contoh lainnya


dikutip dari>> http://media-ide.bajingloncat.com/2010/05/12/kreativitas-kampanye-di-twitter/

Read more

Bagaimana Cara Menjaga Reputasi Brand di Social Media


(Marketing)Membangun reputasi sebuah brand di awal startup lewat aktivitas di media social bisa berarti langkah cerdas. Brand aktivasi, bukan saja karna lebih efektif secara resources namun juga berarti mencicil masalah trust yang biasanya diabaikan dalam tradisional marketing. Internet Marketing bukan tanpa masalah!. Masalahnyanya yakni komunikasi horizontal alias multi channel saat ber-aktifitas social media marketing sering kali membawa korban.

Bukan masalah besar kalau brandnya masih terhitung baru, tapi bagaimana jika brand itu sudah terlanjur mempunyai pengaruh dan influence yang kuat? jawabannya adalah Menjaga Reputasi Brand di Social Media!
Brand = Personal

Sering kali brand di perlakukan layaknya hubungan vertikal, tapi seleksi alam di social media memperlakukan brand layaknya personal. Ia mempunyai karakter, ia berinteraksi, cuap cuap santai nan remeh bahkan terkadang juga bisa melakukan kesalahan seperti kejadian motivator Mario Teguh yang menghebohkan dunia twitter dengan komentarnya dan akhirnya menutup akun twitternya.

Karna brand dianggap layaknya personal, maka jangan rancukan antara brand personal Anda dengan perusahaan atau mungkin partai Anda.
Don’t Silent or even Argue

Don’t Silent.
Berdiam sejenak sampai keadaan mereda bahkan mungkin sampai mereka lupa bisa saja dipraktekan di ranah offline. Berbeda dengan social media, aksi diam justru membuat branding anda semakin melemah bisa juga dikatakan bunuh diri!.Karena semua akan tercatat, minimal sampai Google tidak lagi beroperasi.

Don’t Argue.
Tak ada salahnya meminta maaf lebih dulu jika memang anda melakukan kesalahan. Ketika pesan sudah terlanjur menyebar dan ternyata Anda yang benar atau jika masalah sudah diselesaikan tak ada ruginya meminta testimonial dari customer yang bersangkutan dengan kasus.

Have Conversation Then Appreciate Them
Kita terkadang berharap dan memaksa konsumen dengan pandangan pribadi, namun kita tidak pernah memikirkan bagaimana konsumen membentuk pandangannya sendiri. Raih engagement dengan meningkatkan ratio conversation, setelah itu meskipun Anda pikir yang Anda katakan di twitter itu benar, Anda tetap harus menghargai pendapat orang lain.

Online Crisis Management
Sekalipun sulit, awasi channel social media yang Anda miliki begitupun dengan kanal kanal besar seperti facebook, twitter, kaskus ataupun social network lainnya. Untuk perusahaan, sebaiknya memiliki team khusus yang bertugas mengawasi, me-respond dengan cepat ataupun beraktivitas di media online. Terakhir dan terpenting, pahami etikanya.

Online Etiquette
Etika masih menjadi masalah bagi brand besar sekalipun, seperti berita yang dirilis..
contoh :
Dalam akun twitternya kemarin sang motivator ini menuai protes sebagai akibat dari postingannya yang kontroversial.

” @MarioTeguhMTGW perempuan yang suka dugem dan merokok tidak layak untuk dinikahi “

Di era social media, masih banyak kalangan belum memahami etika dalam berkomunikasi di ranah maya. Meski orang tersebut seorang publik figure, pejabat, bergelar tinggi bahkan seorang motivator ulung.

Seharusnya Mario Teguh memberikan sebuah kalimat ” Diskusi ” atau “ New Post “ (apabila ada artikel blog yang mendukungnya) di depan postingannnya tersebut.
contoh :

” @MarioTeguhMTGW [Diskusi] perempuan yang suka dugem dan merokok tidak layak untuk dinikahi “

atau

” @MarioTeguhMTGW [New Post] perempuan yang suka dugem dan merokok tidak layak untuk dinikahi http://bit.ly/xxxxxxx”


Jangan lupa untuk terus belajar, pahami cara menyampaikan berita dan bagaimana pemirsa menerima pesan didalamnya. Trial and error pun tak masalah. It’s Social not science!

Bagaimana sebaiknya, apakah menjaga reputasi di social media sebelum atau justru ketika sudah besar? demi sebuah kata PENGHEMATAN!.

dikutip dari>> http://road-entrepreneur.com/how-to-menjaga-reputasi-di-social-media/
Read more

Cara Menghindari Menghamburkan Uang di Merk (Brand) Anda


(Marketing)Mengefektifkan Merk Anda - KERJA KERAS

Jadi, Anda memiliki merek yang hebat. Anda telah bekerja keras dengan agen brand Anda, dan mereka telah mengembangkan sebuah merek yang hebat yang pasti untuk membuat Anda unggul dalam berkompetitif, dan anda ingin meningkatkan pangsa pasar di masa depan.

Tidak begitu cepat. Ada tiga tahapan untuk memperkenalkan branding.
Tahap 1 adalah bagian yang akrab, ketika Anda mengembangkan posisi - nama merek menangkap dan bermakna, logo merek diingat, dan tag line benar-benar menarik.

Sayangnya, bagi banyak perusahaan dalam situasi ini, mereka baru memahami branding saat beberapa minggu sebelum mulai mati. Hal ini karena mereka tidak begitu memahami branding. Ini harus diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari calon pelanggan dan pelanggan, pemasok, dan pemegang saham, belum lagi karyawan Anda sendiri. Selain itu, inilah sebabnya 2 Tahap ini sangat penting, setidaknya sama pentingnya dengan Tahap 1. Tidak seorang pun ingin merek mereka konsepsi program untuk menjadi keguguran, atau lebih buruk lagi, aborsi. Tapi ini persis dengan apa yang dilakukan banyak perusahaan dan yang mereka dibayar dengan anggaran yang begitu sulit untuk mendapatkan persetujuan.

3 Fase Merek Sukses
Seperti yang kami katakan, Tahap 2 adalah tentang merek yang muncul ke dunia, ke dalam layar radar dari konsistensi untuk yang memahami. Ini melibatkan terjemahan dari merek penting ke semua cara di mana prospek dan pelanggan akan memiliki pengalaman bahwa mereka pasti akan berhubungan dengan merek Anda. Setelah semua, sisa dari pengalaman ini adalah merek nyata, salah satu yang ada di pikiran orang, salah satu yang menentukan apakah mereka akan beralih ke produk Anda, atau apakah mereka akan tinggal dengan layanan Anda.

Apakah semua hal ini? Mereka semua agak membosankan dan tempat umum, Anda tahu, alat tulis Anda, iklan Anda, bangunan Anda, kendaraan Anda, kemasan Anda, merchandising Anda, promosi penjualan Anda, website Anda, tagihan Anda, dan bahkan lebih penting lagi, semua interaksi pribadi mereka lakukan dengan orang-orang penjualan, dealer Anda, customer service Anda, credit control Anda, dan kolega anda.

1. fase ini bisa tidak beres dalam tiga hal penting. Yang pertama adalah kegagalan positioning merek, nama, logo, tagline, dan grafis merek yang diterjemahkan secara konsisten dalam semua komunikasi yang akan mempengaruhi persepsi yang akan menjadi merek yang nyata di pasar.
2. Cara kedua Tahap 2 adalah kurangnya kreativitas dari pendiri yang terlibat dalam mendramatisir hal penting untuk sepenuhnya ke dalam masing-masing media yang memungkinkan (media, membaca setiap rasa dan titik sentuh antara perusahaan Anda dan konstituen, terutama pelanggan Anda, dan sebagian besar kritis, prospek Anda.
3. Cara ketiga mungkin yang paling penting. Ini adalah kurangnya konsistensi antara residu kiri dengan media komunikasi konvensional dan pengalaman fisik produk dan orang-orang yang mewakilinya. Apa gunanya ide-ide terbaik, grafis terbaik, dan iklan yang terbaik, jika cara produk terbuka, cara kerjanya dan cara-cara di mana orang-orang Anda meninggalkan residu berperilaku sama sekali berbeda dengan komunikasi Anda?

Selain itu, jika itu tidak cukup untuk memikirkan, ada Tahap 3. Mengapa 3 fase? Apakah Anda tidak cukup dilakukan jika Anda melakukan Tahap 1 dan Tahap 2 dengan baik? Sederhana. Itu karena merek, seperti orang, hidup atau mati - di WAKTU.

Musuh Kesukses
Waktu adalah musuh terbesar dari merek, jika hanya karena orang-orang, baik sendiri, dan konstituen Anda, tidak akan kita lupakan, mereka mudah terpengaruh dan tertarik dengan penawaran lain dan acara lain akan atau terus-menerus di sekitar mereka. Tahap 3 adalah tentang konsolidasi merek Anda dengan cara yang terus-menerus menyegarkan tanpa mengabaikan salah satu konsistensi yang begitu penting dalam Fase 2. Tahap 3 adalah tentang mengiknjeksikan cara baru untuk mengkomunikasikan esensi merek di semua banyak cara yang akan diinterpretasikan dan diingat oleh konstituen Anda. Karena merek ada dalam waktu, dan karena waktu pasti membawa perubahan, juga mempengaruhi perbaikan kecil dalam inti merek, untuk mempertahankan tanah tertinggi di medan pergeseran marketflux tersebut.

Apa maksud semua ini bagi Anda?
Ini berarti bahwa pekerjaan Anda hanya benar-benar dimulai dengan pengembangan brand positioning baru, nama merek, logo merek, grafis merek, dan moto merek. Secara khusus, itu berarti tiga hal:

Yang pertama adalah untuk menetapkan juara merek internal untuk setiap jenis interaksi dengan calon pelanggan dan pelanggan, baik komunikasi, baik pengalaman, atau interaksi orang, juara yang sama-sama akan waspada dan ditentukan bahwa merek penting menginformasikan cara yang sangat di mana semua interaksi dirancang dan disampaikan. Mengejutkan karena tampaknya, juara merek paling penting di sini adalah mereka yang terlibat dalam pengembangan produk, desain, manufaktur dan kinerja aktual yang digunakan. Apakah mereka akan membuat keputusan yang tepat untuk wilayah tertentu di mana produk akan tampil di masa depan? Apakah cara-cara yang konsisten dengan tekanan dari positioning merek Anda? Lagi pula, produk atau layanan Anda, adalah komunikasi yang paling kuat yang dapat mempengaruhi perawakannya merek dan penetrasi dalam pikiran Anda konstituen.

Yang kedua adalah untuk mendirikan sebuah organisasi milik internal dalam perusahaan Anda untuk menyebarkan merek baik secara internal di antara semua orang, fungsi dan departemen yang akan berinteraksi dengan masyarakat dengan cara apapun. Pemilik tidak hanya menjaga terjemahan merek ke dalam perilaku perusahaan, mereka juga harus menginfeksi dan mengilhami orang-orang Anda dengan nilai yang luar biasa dari bisnis Anda ke konstituen, sehingga rasa mereka nilai pekerjaan mereka di dunia diterjemahkan menjadi ide yang lebih banyak dan lebih baik , lebih dalam dan berhubungan yang berlangsung lebih dengan prospek dan pelanggan.

Yang ketiga adalah untuk memastikan bahwa tim branding konselor yang membantu Anda untuk mengembangkan merek yang penting selalu di tangan untuk membantu membimbing tim Anda maju ke waktu, di Fase tidak hanya 2, tetapi terutama melalui Tahap 3. Hal ini sangat penting karena dua alasan:

Mereka berada di luar organisasi Anda, dan kurang dibutakan oleh imperatif internal perusahaan. Mereka lebih objektif dan bisa lebih mudah melihat mengakui penyimpangan dari lurus dan benar.

Mereka mengerti bisnis Anda cukup baik untuk bermitra dengan Anda dalam pengembangan ini gestalt merek, dan sehingga mereka dapat membantu Anda menginterpretasikan informasi yang Anda mengembangkan tentang kinerja perusahaan anda dalam marketflux ke dalam pengaturan yang bagus yang akan diperlukan waktu berjalan di.

Seperti yang kami katakan, Anda memiliki merek yang hebat gestalt baru, ini kepentingan merek, posisi, nama, logo, tagline, dan grafis merek. Namun, merek ini masih di dalam pikiran perusahaan Anda. Ini harus lahir, dan terus tumbuh ke dalam dunia - untuk memenuhi janji bisnis Anda dalam hal pangsa pasar yang diperoleh, dan tingginya pasar dicapai.


dikutip dari>> http://www.stealingshare.com/pages/How%20To%20Avoid%20Wasting%20Money%20on%20Your%20Brand.htm

Read more

Bagaimana membangun merek / brand yang superior


(Marketing)Merek yang superior dan brand yang kuat tertancap di pikiran konsumen, merupakan impian dan keinginan hampir semua perusahaan. Semua berlomba membangun brand yang kuat dan super.

Untuk membangun merek yang super memang bukan perkara gampang, apalagi untuk produk/ merek yang baru dilounching ke pasar. Langkah awal dari sebuah produk / merek supaya menjadi super adalah mendapatkan trustworthiness dari konsumen terhadap produk itu. Dan tidak ada jalan lain untuk mendapatkan ‘kepercayaan’ dari konsumen selain daripada ‘lolos dan teruji‘ di pasar yang serba kompetitip ini.

Misalnya begini, jika kita memiliki sebuah produk, katakanlah produk yang kita miliki adalah sejenis herbal yang diberi merek ’viagra jawa‘, misalnya dalam promosi yang kita sampaikan ke calon customer bahwa herbal yang kita jual dengan merek viagra jawa ini dapat membantu vitalitas pria tanpa efek samping setelah diminum secara teratur 3 hari berturut-turut. Nah, promosi dan kualitas produk kita akan di uji oleh sistem pasar, apakah yang kita promosikan itu terbukti atau tidak. Misalnya tidak terbukti, berarti produk tersebut calon tereliminasi dari kompetisi persaingan produk. Tetapi jika memang apa yang kita promosikan terbukti, pada saat itulah kita baru mendapatkantrustworthiness dari konsumen, dan ini baru langkah awal, dimana produk kita lolos dari ujian dasar dan mulai di percayai konsumen.

Baru langkah awal ?

Ya … supaya produk / merek yang kita miliki menjadi superior atau bahkan menjadi market leader di pasaran, masih banyak hal-hal lain yang harus kita benahi dan kerjakan. Misalnya, dari segi konsep produk, inovasi produk, strategi marketing, advertising dan persepsi tentang produk kita yang harus sangat melekat dibenak konsumen sehingga memiliki bonding yang sangat kuat. Artinya, konsumen sangat percaya terhadap produk kita, itu berarti 99% dari merek yang kita miliki di persepsikan sebagai atribut bukan fisik.

Beberapa hal yang dapat dijadikan tolak ukur sebuah produk / merek yang superior adalah : Sales, Market Share, Customer Awareness, Customer Image, Customer Satisfied, Customer Loyality dan Stake Holder Value. Persepsi yang produk kita miliki dibenak konsumen dapat di lihat dari parameter Customer Imege dan Customer Satisfied. Sedangkan aspek penerimaan pasar di lihat dari segi Sales, Market Share, Customer Awareness, Customer Loyality dan Stake Holder Value. Kebanyakan kita lebih fokus pada aspek ‘penerimaan pasar’, padahal yang tak kalah pentingnya adalah aspek ‘persepsi’ itu sendiri.

Untuk membangun sebuah merek yang super memang banyak hal yang harus dilakukan. Selain harus mampu mempertahankan pelanggan yang sudah ada, sebuah produk juga harus mampu menarik pelanggan baru. Untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada, misalnya dengan membangun kemunitas diantara pelanggan. Contohnya: komunitas pencinta motor Harley Davidson. Sehingga dengan adanya komunitas tersebut, diharapkan pelanggan dengan sendirinya menjadi pelaku yang mempromosikan produk tersebut secara tidak langsung kepada orang lain. Sedangkan untuk menarik pelanggan baru dapat dilakukan dengan cara meningkatkan brand awareness, memperjelas identitas merek dan memberikan keyakinan kepada calon pelanggan bahwa produk / layanan yang di berikan benar-benar unggul, bermutu dan memiliki nilai yang tinggi. Jika hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka diharapkan produk yang kita miliki akan memiliki nilai trustworthinessyang tinggi di benak konsumen.

Contoh perusahaan yang terus melakukan inovasi terhadap produk dan memperjelas merek adalah Bogasari. Seperti kita ketahui, beberapa tahun lalu, mekanisme pasar di terapkan terhadap tepung terigu, artinya Pemerintah tidak memproteksi lagi perusahaan tepung terigu dalam negeri terhadap serangan atau persaingan tepung terigu luar negeri, dan tepung terigu impor boleh masuk dengan bea 0%.

Perubahan pada sistem pasar ini membuat Bogasari langsung merespon dengan melakukan langkah-langkah perbaikan pada produk dan brand image-nya supaya selalu menjadi yang market leader di bisnis tepung terigu. Langkah-langkah penting Bogasari antara lain dengan ‘meremajakan’ kembali merek yang sudah ada, yaitu: Kunci Biru (KB),Segitiga Biru (SB) dan Cakra Kembar (CK). Untuk meremajakan kembali ketiga merek yang berbeda ini dilakukan dengan memperbaiki penampilan/ kemasan, promosi merek yang afresif dan upaya memperjelas identitas merek pada kemasan. Bahkan dalam promosi ketiga merek tersebut, “fungsi atau kegunaan masing-masing merek juga di jelaskan kepada customer”. Misalnya merek ‘Kunci Biru‘ ditujukan untuk pembuatan kue, cake dan biscuit, Merek ‘Segitiga Biru‘ adalah tepung terigu aneka makanan dan ‘Cakra Kembar‘ dikhususkan untuk mie dan roti.

Dengan demikian, dapat dilihat, bahwa Bogasari mencoba memberikan pilihan, untuk kebutuhan pelanggan yang berbeda. Langkah Bogasari dalam hal inovasi produk yaitu melakukan perubahan pada sistem pengemasan produk. Jika sebelumnya Bogasari hanya memasukkan tepung terigu dalam kemasan 25 Kg yang dijual ke pedagang, dimana selanjutnya pedagang yang membungkus ulang tepung terigu tersebut dalam kemasan kecil 1/2 atau 1 kg dalam plastik bening biasa untuk dijual secara retail kepada konsumen rumah tangga.

Disini, Bogasari menyadari adanya resiko terjadinya penurunan kualitas tepung terigu tersebut dalam proses pengemasan kembali oleh padagang (repack), misalnya tercampur dengan benda-benda asing, dan ini pada akhirnya akan menurunkan nilai trustworthiness pelanggan terhadap tepung terigu yang di produksi oleh Bogasari. Oleh karena itu, Bogasari membuat langkah terobosan dalam hal pengemasan tepung terigunya, yaitu dengan adanya tepung terigu dalam kemasan kecil dan anti bocor, kemasannya juga lebih bagus dan yang terlebih penting adalah ‘merek-nya’ terpajang di kemasan tersebut.

Dari contoh langkah-langkah Bogasari tersebut, dapat dilihat bahwa perusahaan harus selalu memonitor perubahan pada pelanggan terkait dengan produk, sehingga dapat dilakukan beberapa inovasi yang kadang terlihat sepele, tetapi berpengaruh besar terhadap pelanggan. Atau dengan kata lain, perusahaan harus tanggap terhadap perubahan kebutuhan pelanggan, sehingga oleh pelanggan akan dianggap ‘teman dekat’ yang mengerti dan peduli terhadap masalah yang dihadapi pelanggan (berkenaan dengan produk), dan oleh karena ini akan meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan terhadap sebuah produk / merek.

Yang perlu di ingat dalam advertising produk / merek adalah jangan ikut-ikutan dengan apa yang dilakukan oleh kompetitor. Kalau bisa produk dan advertising harus tampil beda, keluar arus, karena hal ini akan membuat produk / merek tersebut lebih mudah diingat, daripada tampil mirip atau sekedar mengikuti konsep produk dan strategi kompetitor.

Contoh dalam hal produk yang tampil beda, misalnya iklan-iklan Sampoerna, Khususnya iklan A mild dan Sampoerna Hijau. Kedua iklan rokok tersebut sangat kreatif dalam hal mengkomunikasikan produknya kepada masyarakat luas. Konsep A Mild dibuat sportif, jenaka, cerdas dan kaya imajinasi. Iklan A mild membuat kompetitor lain ikut-ikutan dalam konsep advertising mereka. Sedangkan iklan Sampoerna Hijau diasosiasikan dengan konsep merakyat, penuh kejutan, dan “rame-rame”. Disini, Sampoerna Hijau membuat positioning baru sebagai rokok life style, yaitu rokok untuk gaul beramai-ramai.

Inilah yang luar biasa dari creator pemasaran A Mild dan Sampoerna Hujau, mereka membuat kampanye promosi yang inovatif, bukan sekedar meniru. Iklan yang sangat menancap kuat dibenak masyarakat, baik yang merokok maupun yang bukan perokok. Dan tentu saja sulit bagi kompetitor untuk mengungguli kedua merek tersebut jika cuma menjadi follower tanpa inovasi dan kreativitas.

Ada beberapa inovasi yang dapat di lakukan antara lain :

  • Pengembangan dan pembenahan distribusi

  • Manajemen pengembangan produk (Product development)

  • Manajemen sumber daya manusia yang dimiliki

  • Pengembangan produk dan pelayanan

  • Efisiensi dan efektivitas proses

  • Aplikasi teknologi

  • Akspansi pasar (termasuk edukasi pasar, model periklanan dll)

‘Kreativitas’ adalah kata kunci dan menjadi faktor penting dalam upaya menjadikan produk atau merek superior dimata konsumen. Dan yang perlu diingat, antara persepsi merek dan kinerja produk harus berjalan bersama, jangan sampai ada kesenjangan diantara keduanya.

Ciri-ciri merek superior yaitu:

  • Produk inovatif, artinya produk yang selalu up-date dan diperbaharui (completely renewed), supaya kekuatannya dipasar tetap terpelihara.

  • Proses yang inovatif, yaitu kondisi internal perusahaan yang diperbaiki terus menerus, sehingga tercipta produk berkualitas dengan efisiensi yang tinggi.

  • Pemasaran yang inovatif, misalnya kombinasi antara product line dan analisis peluang pasar, identifikasi potensi pasar dan pemecahan potensi pasar kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, misalnya berdasarkan demografi, geografi, psikografi dll, dan tentu saja perbaikan terus-menerus cara dan metode pelayanan.

    dikutip dari>> http://partisimon.com/blog/bagaimana-membangun-merek-brand-yang-superior.html


Read more

Saat Kampanye Brand di Twitter Mulai Terasa Mengganggu


(Marketing)Belakangan ini semakin banyak brand yang memanfaatkan pengguna Twitter untuk menyebarkan word of mouth, baik itu mereka yang terikat secara profesional maupun yang sukarela melakukannya. Beberapa brand melakukannya dengan cara yang elegan, seperti mengajak audiensnya untuk berkomunikasi. Namun, ada pula yang sepertinya tidak paham fungsi Twitter itu sebenarnya apa. Si brand hanya mementingkan namanya sendiri tanpa memikirkan kepedulian terhadap audiensnya.

Beberapa brand memang melakukannya dengan sangat keren. @blitzmegaplex salah satunya. Akun twitter miliknya dipakai sebagai media penggali masukan dan kritikan. Si pemilik akunnya melakukannya dengan manusiawi. Setiap pertanyaan yang muncul selalu mendapat tanggapan. @blitzmegaplex bahkan sempat memberikan tips di salah satu tweet-nya kemarin, agar penonton film Iron Man 2 untuk menunggu hingga kredit film selesai, karena ada kejutan di belakangnya. Hari ini @blitzmegaplex mengikuti antusiasme pengguna Foursquare untuk ikut mengundang follower-nya datang menonton Iron Man 2 bersama-sama hari Senin, demi mendapatkan Super Swarm Badge.

Brand yang paling sangat tidak keren dalam melakukan kampanyenya di Twitter adalah @kapanlagi. Pemilik akun ini sangat egois. Twitter hanya menjadi medium promosi cuplikan berita dari portalnya. Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah, karena sebagai pemilik akun, ia bebas men-tweet hal apapun. Yang menjadi masalah dan pusat keegoisan adalah saat ia kini menyelenggarakan kontes RT berhadiah iPad.

Melalui kontes ini, @kapanlagi mengajak follower-nya untuk meng-RT sebanyak-banyaknya tweetnya. @kapanlagi tidak peduli kalau aksinya ini akan merugikan reputasi para pengguna Twitter lainnya. Demi kontes ini, para follower @kapanlagi semakin sering melakukan RT. Para follower @kapanlagi sendiri tanpa sadar merusak reputasi yang dibangunnya sejak lama. Bukan nggak mungkin gara-gara kontes ini, para peserta kontes akan kehilangan follower-nya karena terganggu dengan RT yang mereka lakukan. Melalui kontes ini @kapanlagi hanya mengejar traffic kunjungan ke situsnya tanpa memperhatikan fungsi Twitter sesungguhnya, yakni untuk percakapan, seperti terbaca di aturan main kontes ini di bagian terakhir: “KapanLagi.com™ tidak melakukan komunikasi mengenai program ini melalui Twitter karena akan memenuhi Timeline kami.” Hmm, terasa salah nggak membaca aturan main ini?

Hal serupa juga sempat dilakukan oleh @hanyaoreo, meski tidak separah @kapanlagi. Seperti @blitzmegaplex, @hanyaoreo juga melakukan komunikasi dengan audiensnya, dan memang itu sesuatu yang menarik dan keren. Namun dahulu @hanyaoreo sempat membuat kontes unik-unikan menulis tweet dengan kata Oreo di dalamnya. Setiap peserta diminta berkreasi dengan menambahkan @hanyaoreo di BELAKANG tweet. Ini tak berbeda dengan kampanye hashtag. Pengguna Twitter “terpaksa” melihat aksi kontes yang dilakukan oleh pengguna yang mereka follow.

Akan lebih baik jika kontes seperti ini dilakukan dengan langsung me-reply @hanyaoreo (menempatkan @hanyaoreo di kata paling DEPAN), sehingga yang bisa melihat tweet ini hanyalah mereka yang juga mem-follow akun @hanyaoreo). Cara seperti ini dulu dilakukan @rumahdara saat promosi filmnya, sehingga bagi yang tidak tertarik tidak terbebani membaca tweet temannya yang tidak relevan.

Nah, menurut kalian, cara-cara kontes seperti apa yang baik dilakukan oleh brand, tapi tidak mengganggu kenyamanan follower yang sudah kalian raih dengan susah payah?

dikutip dari>> http://media-ide.bajingloncat.com/2010/05/02/saat-kampanye-brand-di-twitter-mulai-terasa-mengganggu/
Read more

6 langkah untuk mengembangkan Public Relations dan Media


oleh.: Laura Lake

(Marketing)Ahli Marketing akan memberitahu Anda bahwa hubungan masyarakat terencana kampanye seringkali jauh lebih efektif daripada iklan.Ini akan membantu Anda dalam mengembangkan dan menciptakan inti dari kampanye PR Anda dalam enam langkah mudah.

Langkah 1: Menentukan dan menuliskan tujuan Anda untuk publicity atau media plan.

Bagaimana Anda akan mendesain kampanye public relations anda? Apakah akan dirancang untuk:

*Membangun keahlian Anda di antara rekan-rekan Anda, the press, atau klien potensial atau pelanggan?
*Membangun goodwill antara pelanggan, pemasok, atau komunitas Anda?
*Membuat dan memperkuat brand dan citra perusahaan yang profesional?
*Menginformasikan dan menciptakan persepsi yang baik mengenai perusahaan dan jasa Anda?
*Membantu Anda dalam memperkenalkan layanan baru atau produk untuk pasar Anda?
*Menghasilkan penjualan ?
*Mengurangi dampak publikasi negatif atau krisis perusahaan?

Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya mengatakan hal ini di awal yang seharusnya untuk menunjukkan pada Anda bagaimana membuat dan mengembangkan rencana publisitas? Jawabannya adalah mudah. Agar Anda dan media rencana publisitas menjadi sukses itu hal pertama yang paling penting untuk menentukan dan menetapkan tujuan Anda. Dengan tujuan yang jelas dalam pikiran Anda telah meletakkan karya dasar.

Langkah 2: Tentukan tujuan Anda dalam mencapai tujuan ini. Sangat penting bahwa tujuan Anda harus spesifik, terukur, berorientasi pada hasil dan waktu yang mengikat. Tujuan ini harus sejalan dengan bisnis Anda secara keseluruhan, pemasaran, dan penjualan tujuan.

Langkah 3: Tentukan target audiens Anda yang terdiri dari. Siapakah yang ingin Anda jangkau dengan kampanye ini? Anda ingin pensan anda seperti apa?

Langkah 4: Mengembangkan jadwal untuk kampanye relasi publik. Menciptakan sinergi dengan rencana umum Anda bertepatan hubungan dengan usaha pemasaran dan penjualan lain.

Langkah 5: Mengembangkan rencana Anda dari serangan. Apa kendaraan komunikasi yang akan Anda gunakan untuk mmenyampaikan pesan Anda ke publik? Contoh-contoh dapat termasuk:
-Siaran pers
-Artikel
-Customer Success Stories
-Surat untuk Editor
-Konferensi Pers, Wawancara, atau Media Wisata
-Radio, televisi, atau Tekan Wawancara
-Seminar
-Acara Sponsor

Pilih tiga dari daftar dan mulai meneliti dan mengembangkan pendekatan Anda.

Langkah 6: langkah-langkah pasang di tempat untuk melacak hasil PR Kampanye. Setelah setiap kampanye, duduk dan meninjau hasil. Apakah Anda mencapai tujuan yang ditetapkan dari kampanye ini?

dikutip dari>> http://marketing.about.com/cs/publicrelations/a/prplan6steps.htm
Read more

6 Tanda brand yang lemah


(Branding)Tidak mudah meyakinkan orang untuk menginvestasikan waktu mereka yang berharga, perhatian dan tentu saja uang di merek Anda, setidaknya tidak seperti dulu, dan itu tidak mudah untuk meyakinkan pemilik usaha dan pengusaha untuk menginvestasikan waktu dan uang di merek mereka. Mengapa? ada banyak alasan untuk menjelaskan situasi ini, beberapa di antaranya adalah:

* Karena ketidak tahuan tentang pentingnya dan kekuatan merek yang baik.
* Karena mereka tidak ingin berinvestasi dalam sesuatu yang mereka anggap berharga (Salah)
* Karena mereka tidak percaya dengan sesuatu yang tidak berwujud
* Karena mereka lebih memilih untuk fokus pada aspek lain dari bisnis.

Tapi ada ratusan alasan. Sebenarnya saat ini dengan peningkatan jumlah pesaing di segala bidang dan industri yang lebih penting adalah untuk berfokus pada jiwa dan citra bisnis. Mungkin ada ribuan orang yang menawarkan produk yang sama seperti yang Anda lakukan, dan dengan kualitas yang sama, maka Anda perlu sesuatu yang lebih, sebuah merek yang kuat dan relevan. Berikut

adalah beberapa hal yang mungkin ingin anda pikirkan apakah brand anda termasuk lemah atas tidak.

- Tidak ada yang bisa mengingat logo dan gambar.
- Nilai perusahaan Anda adalah jumlah aktiva berwujud milik Anda.
- Anda tidak dapat menentukan dalam satu kalimat merek Anda.
- Anda tidak dapat menentukan apa yang membedakan Anda dari pesaing langsung Anda.
- Merek Anda tidak memiliki visi, misi atau nilai-nilai sama sekali.
- Jika seseorang mengetahui bisnis Anda, mereka tahu tentang hal itu karena Anda dan bukan
karena merek.

Itu adalah tanda-tanda kuat yang memberitahu bahwa Anda memiliki merek yang lemah, jika Anda memiliki setidaknya salah satu dari mereka, Anda pasti melakukan sesuatu yang salah. Cobalah untuk mendefinisikan apa masalahnya, dan fokus dalam memecahkan masalah tersebut, ingat bahwa Anda harus menjaga citra bisnis dan semua merek Anda.



dikutip dari http://bloggerlounge.dakno.com/2007/04/09/six-signs-of-a-weak-brand/
Read more

Branding, Power & Management.


Branding, merupakan sebuah kata yang berasal dari kata dasar Brand, yang berarti Merk. Akan tetapi, ketika kita mencari arti kata Branding didalam kamus bahasa inggris, kita tidak akan menemukan arti yang sesuai. Sedangkan begitu banyak macam pengertian branding yang bertebaran didunia maya hingga buku sekalipun, yang tentunya bisa membingungkan kita. Lalu bagaimana arti branding seharusnya ?

Didalam hal ini, saya menterjemahkan kata Branding dengan arti Memperkuat merek produk ataupun jasa. Kita semua mengetahui, bahwa fungsi dasar dari sebuah merek adalah sebagai pembeda antara yang satu dengan yang lainnya. Namun, dengan adanya dinamika didalam derasnya kompetisi pasar, sebuah merek membutuhkan kekuatan dan pengelolaan. Unsur-unsur yang mempengaruhi kekuatan sebuah merek adalah, dari apa yang anda lihat (tangible), dan dari apa yang anda dengar dan yang anda rasakan (intangible).

Kedua unsur diatas merupakan syarat utama untuk membangun kekuatan sebuah merek didalam kompetisi pasar. Lalu, elemen apa saja yang terdapat di kedua unsur tersebut ? Elemen-elemen yang terdapat didalam kedua unsur tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Tangible : Produk, packaging/kemasan, identitas visual, dsb.
  2. Intangible : Kualitas produk dan jasa.

Kedua unsur inilah yang harus kita kelola dengan baik. Didalam pengelolaan sebuah brand, memang bukanlah hal yang mudah, karena kita harus berani menyadari dan mengevaluasi kekurangan dan kelemahan yang terdapat di produk ataupun jasa yang kita miliki, mulai dari desain kemasan/packaging yang tidak outstanding, desain identitas visual yang buruk, kualitas produk yang kurang bisa bersaing, pelayanan yang tidak ramah-klien, dsb. Dengan adanya evaluasi dan kesadaran itu, sebaiknya kita harus segera membenahi dalam waktu secepat mungkin. Mengapa ? Karena ini berkaitan erat dengan citra dari Brand yang anda miliki. Lalu apa hubungan antara branding dengan pencitraan ? Nah, kini saatnya kita mengetahui hubungan branding dengan pencitraan.

Branding adalah pencitraan itu sendiri. Citra didalam arti kata adalah gambar (Inggris: image), sedangkan didalam pola pikir masyarakat dan konsumen, citra sering kali di identikan dengan sesuatu yang tidak tampak atau kesan yang dirasakan. Didalam hal ini, pencitraan bukanlah tujuan dari branding, karena branding adalah pencitraan itu sendiri (seperti yang saya katakan diawal tulisan). Jika branding adalah pencitraan, maka branding adalah sesuatu yang sangat krusial, dan yang menentukan hidup matinya sebuah merek.

Didalam hal ini, Untuk memperkuat Citra yang terlihat secara visual (tangible), memang membutuhkan pihak yang mempunyai kapabilitas dan pengalaman, sedangkan untuk memperkuat Citra yang tidak terlihat (intangible), itu adalah tugas dari perusahaan yang memproduksi produk itu sendiri. Terlepas dari semua itu, ini adalah pilihan anda, dan kami hanya menawarkan solusi yang terbaik.

Satriyo Niti Atmojo, Vordava.

dikutip dari>> http://vordavadesignstudio.wordpress.com/

Read more

Strategi Social Media Marketing Perlu Riset dan Insight


Oleh Nukman Luthfie

Mantra Social Media Marketing & Public Relations yang selama ini banyak didengung-dengungkan hanya dua. Yakni conversations dan engagement. Seperti disebut oleh The Cluetrain Manifesto: Markets are conversations. Di era social media, konsumen bukan lagi individu-individu pembeli, namun berjejering, yang saling bercakap-cakap satu sama lain. Jejaring konsumen yang saling bertukar info inilah yang membuat pasar menjadi kian cerdas dan kritis. Apa boleh buat, iklan tradisional via media (radio, cetak, teve, dan bahkan web) dan berbagai taktik marketing lain yang berjaya di era sebelum social media, kini tidak cukup lagi untuk merebut hati konsumen.

Perusahaan/merek harus melengkapi strategi pemasaran tradisional mereka dengan pemasaran media sosial yang karakternya adalah percakapan (conversations). Tentu saja, percakapan itu pada suatu titik harus bisa meningkat ke tahap engagement supaya bukan hanya meningkatkan brand awareness, tetapi juga dapat menciptakan penjualan dan loyalitas merek.

Dua mantra inilah yang selama ini banyak dipraktekkan perusahaan/merek Indonesia di berbagai medium sosial terutama Facebook dan Twitter. Mereka biasanya membuat akun di Facebook dan Twitter, melengkapinya dengan Fanpage dan lain-lain. Kemudian, mereka sibuk membangun percakapan dengan pengguna media sosial melalui akun-akun tersebut, dengan berbagai taktik.

Ada yang berhasil. Banyak yang gagal.

Mengapa? Karena dua mantra conversations dan engagement itu baru benar separo.

Benar separo? Ya!.

Saya perhatikan, kebanyakan perusahaan/merek melakukan percakapan yang sesungguhnya tidak bermakna untuk konsumen sehingga lama-kelamaan eksistensi mereka di media sosial diabaikan oleh pengguna media sosial. Perhatikan, banyak akun merek di media sosial yang jumlah fans/follower/friends – nya terbatas. Kalau pun banyak, setelah diteliti lebih dalam, tidak melakukan percakapan. Para fans/follower/friends yang banyak itu menjadi fans/follower/friends “mati”.

Dengan kondisi seperti itu, peningkatan status dari “conversations” ke “engagement” adalah kemustahilan.

Kecuali manajemen media sosialnya yang kurang tepat, perusahaan/merek yang gagal di media sosial kemungkinan besar karena melangkah terburu-buru tanpa dilandasi dua matra lain: riset dan insight!

Ini terbukti dari banyak kasus, budget perusahaan/merek untuk dua hal tadi nol besar di Social Media Marketing & PR.

Padahal kita tahu, riset “mengapa konsumen bersedia menjadi fans/follower/friends sebuah merek” misalnya, sangat menentukan content yang dibawa ketika membangun “conversation“. Padahal kita tahu, kepingan informasi kecil pun bisa menjadi insight yang bagus membangun “conversations” yang mengarah ke “engagement”

Maka, dari sudut pandang saya, Social Media Marketing bukan hanya conversations dan engagement semata. Namun conversations dan engagement yang dilandasi oleh riset dan insight terus menerus.

dikutip dari>> http://virtual.co.id/blog/cyberpr/strategi-social-media-marketing-perlu-riset-dan-insight/
Read more

Apa itu branding dan Seberapa penting untuk strategi pemasaran


(Branding,Marketing)American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai nama , istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi dari semua itu yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu perusahaan atau kelompok perusahaan dan untuk membedakan mereka dari perusahaan lain.

Oleh karena itu sangat masuk akal bahwa untuk memahami branding yang bukan sekedar mengejar target pasar untuk memilih anda dalam persaingan, tetapi tentang mendapatkan prospek bahwa anda adalah satu-satunya yang bisa memberikan solusi untuk masalah mereka.

Berikut adalah tujuan merek yang baik:

* Memberikan pesan jelas
* Mengkonfirmasi kredibilitas Anda
* Menghubungkan secara emosional dengan calon pelanggan Anda
* Memotivasi pembeli
* Beton (dasar) loyalitas paengguna

Untuk berhasil dalam branding, Anda harus memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan serta prospek mereka. Anda melakukan ini dengan mengintegrasikan strategi merek Anda melalui perusahaan Anda di setiap titik kontak publik.

Merek Anda tinggal di dalam hati dan benak pelanggan, klien, dan prospek. Ini adalah jumlah total dari pengalaman mereka dan persepsi, beberapa yang dapat mempengaruhi, dan beberapa yang tidak.

Sebuah merek yang kuat sangat berharga sebagai pertempuran untuk mengintensifkan pelanggan dari hari ke hari. Sangat penting untuk menghabiskan waktu dalam meneliti, mendefinisikan, dan membangun merek Anda. Setelah semua merek Anda adalah sumber dari janji kepada konsumen Anda. Ini adalah bagian mendasar dalam komunikasi pemasaran Anda dan anda tidak akan berhasil tanpa mereka.




dikutip dari>> http://marketing.about.com/cs/brandmktg/a/whatisbranding.htm
Read more

Brand dan Manusia Bisa Saling Belajar di Social Media.


Oleh Adhitia Sofyan,
Creative Director Virtual Consulting,
www.virtual.co.id


(Marketing)“Nanti siang meeting di brand x, mereka mau masuk ke social media”, kata seorang rekan di kantor pagi itu. Yak, meeting dengan agenda ini menjadi sangat sering terjadi sekarang. Semua brand mau masuk ke Facebook, semua brand mau nyemplung di Twitter. Kenapa? Ya simple, karena kita semua sedang ngumpul disitu sekarang, gak lagi melulu di depan tivi, atau radio atau baca media cetak.

Social media adalah tempat manusia biasa (baca : bukan brand) berkumpul dan berkomunikasi. Tentu saja caranya sangat bebas, apa adanya dan spontan, karena Facebook, Twitter dan Blog bukanlah milik brand seperti halnya product site. Cara biasa brand berkomunikasi yang kaku, sangat iklan, selalu ingin sempurna tanpa cacat tidak akan berhasil di social media. Brand harus menyesuaikan diri, melepas atribut-atribut korporatnya yang dinilai kaku dan tampil lebih luwes di social media; jujur, spontan, mendengarkan konsumen, mendengarkan konsumen, mendengarkan konsumen, ya, saya sebut 3 kali memang, dan engage dengan mereka.

Sebaliknya daripada yang diatas (lah…kok kayak srimulat), dengan berpartisipasinya kita (manusia biasa, non-brand) di social media; Facebook, Twitter, blog dsb, mau tidak mau kita sudah menempatkan diri sebagai brand. Kita menulis di online biodata, siapa kita, what we believe and stand for, dan berkomunikasi berdasarkan poin-poin tadi, terkadang kita juga jadi menjaga diri, berhati-hati pasang status FB atau pikir-pikir sebelum nge-tweet biar gak malu-maluin, nah…you’re acting like a brand now!

Sayangnya tidak sedikit manusia (non-brand) yang suka lupa bahwa social media adalah ruang publik; ada friends dan followers yang semuanya bisa melihat apa yang kita ‘sajikan’ di social media. Friends dan followers ini adalah jaringan besar daripada friends dan followers lain yang saling bisa berkomunikasi dan mem-forward konten. Mau tidak mau, dengan keikutsertaan kita di social media berarti kita dengan sukarela telah menjadikan diri kita sebagai bahan tontonan buat orang banyak. Tidak jarang masalah serta konflik personal muncul karena sang manusia kurang bisa menjaga, me-manage dan menahan diri di social media.

Nah, sebetulnya di social media, brand dan manusia bisa saling belajar dari masing-masing. Brand yang terlalu nge-brand; kaku, membosankan, korporatif, takut salah, gak mau dengerin orang, mau sempurna terus dll bisa belajar untuk agak santai dan luwes dari manusia (which I found this should be easy since brands are handled by humans anyway, is that they tend to forget that they are humans and become boring marketing machines when they go to office and become the brand they’re working for).

Now, manusia bisa belajar dari brand dalam berkomunikasi di social media. Mungkin bisa mulai mencantumkan data diri yang kredibel (or yeah..you can keep it as ‘weird space alien dorkface’ if you’d like), mulai me-manage diri dalam ber-social media; apa yang mesti atau tidak semestinya di share ke publik, info apa yang patut dipasang atau tidak, berpikir sebelum nge-tweet, safe atau tidak tweeting-an saya ini, bagaimana kalau dilihat followers, ingat-ingat siapa saja yang mem-follow atau friends kita, apakah kita sudah mempelajari dan memahami cara Facebook dan Twitter (misal) bekerja dll dsb.

- Misal :RT in Twitter does not mean Reply Tweet, and Twitter is not Yahoo Messenger (chatting hahahihi gak penting di Twitter) nor it is an sms-ing platform ,(“Eh, gue udah nyampe nih, lu dimana?” via Twitter). Ignore these and you might be perceived as annoying and ignorant.


Intinya common sense saja, you should act depending on where you are, kalau di kamar mandi, silakang bertingkah seperti di kamar mandi, kalau di warung, monggo bertingkah seperti di warung, kalau di masjid ya sadarlah kalau sedang di masjid, kalau di gala dinner ya you should now what to do, dan demikian pula kalau sedang di social media. Know where you are, brand, manusia, selamat datang di social media, mari saling belajar.



dikutip dari>> http://virtual.co.id/blog/social-media/brand-dan-manusia-bisa-saling-belajar-di-social-media/
Read more

Pemanfaatan Facebook Page untuk Membangun Brand


(Marketing)Tahun-tahun kemarin, banyak sekali brand aktif membangun microsite. Dengan nama domain baru yang umumnya mengikuti nama program kampanyenya, brand membangun awareness-nya melalui situs yang sifatnya temporer. Umumnya fitur situsnya lengkap dengan game berhadiah, untuk memancing banyaknya pengunjung. Sekarang saat orang ramai bergabung dan bermain di dalam Facebook, masihkah relevan brand membangun sebuah microsite?

Jawabannya, tergantung dari tujuan membangun microsite itu sendiri. Kalau memang perlu mengeksposur brand ke konsumen, dan memberikan pemahaman tentang brand kepada konsumen, tentu microsite masih diperlukan. Namun, kalau tujuan membangun microsite itu adalah untuk membangun komunitas, maka lupakan membangun microsite, karena keberhasilannya akan kecil. Daripada bersusah payah mendatangkan orang untuk bergabung dalam komunitas sebuah microsite, kenapa tidak berpikir terbalik? Mengapa tidak microsite yang datang kepada komunitas?

Facebook Page menjadi salah satu alternatifnya. Yang membedakan fitur ini dengan fitur Facebook lainnya adalah, kita tidak perlu menjadi anggota Facebook untuk melihat kontennya. Semua halaman Facebook Page terindeks oleh Google, seperti situs-situs umum lainnya. Facebook Page memang didesain untuk publik, dan tidak terikat unsur privacy seperti Facebook Profile dan Facebook Groups. Facebook Page bebas dipakai untuk kebutuhan komersial, jadi brand apapun boleh memanfaatkannya.

Anggota Facebook yang tertarik dengan halaman tersebut bisa menjadi fan-nya. Meski menjadi fan dari sebuah Facebook Page, bukan berarti si pemilik halaman lalu bisa mengakses data pribadi para fan ya. Pengelola Facebook tentunya sangat berhati-hati akan hal ini.

Lalu apa saja fitur Facebook Page yang bisa dimanfaatkan oleh brand?
  • The Wall, standar fitur komentar yang dipakai oleh Facebook.
  • Discussion Board, forum diskusi sederhana. Jadi ingat, dulu ada beberapa brand mencoba membangun forum di microsite-nya tapi kenyataanya sepi pengunjung.
  • Notes, semacam mini blog, yang bisa diadaptasi untuk penyampaian berita dan liputan.
  • Events, kalau brand punya kegiatan offline, manfaatkan fitur ini untuk mengingatkan para fan-nya.
  • Photos, berupa galeri foto yang bisa dikirimkan oleh pemilik halaman, maupun para fan.
  • Video, berupa galeri video yang bisa dikirimkan oleh pemilik halaman, maupun para fan.
  • Flash Player, dimana pemilik halaman bisa memasang file Flash, misalnya memasang advergame.
  • Music Player, bila pemilik halaman adalah artis, ia bisa memasang track lagunya di sini.
  • Reviews, berupa fasilitas review untuk promosi film.
  • Static FBML, untuk hal-hal lainnya, misalnya brand ingin menaruh tautan unduhan wallpaper, atau bentuk halaman statis lainnya.
  • Masih kurang puas? Bisa manfaatkan aplikasi pihak ketiga yang sudah ada dan siap pasang. Kalau masih belum puas juga, bisa juga membuat aplikasi Facebook sendiri yang bisa dipasang di Facebook Page.



Meski fitur Facebook Page lengkap, bukan berarti keberadaan microsite menjadi hilang. Ada batasan-batasan tertentu dalam melakukan branding Facebook Page. Kita hanya bisa mendesain sebatas yang diberikan oleh aturan Facebook. Jelas Facebook juga nggak ingin branding-nya hilang, seperti profil-profil anggota di Friendster atau MySpace yang terlihat berantakan tata letaknya.

Tidak semua kampanye online juga cocok dilakukan dengan Facebook Page, karena ada batasan fleksibilitas, dibandingkan kita membuatnya sendiri di situs terpisah. Namun yang bisa kita lakukan adalah membuatnya agar saling melengkapi. Bisa jadi Facebook Page ini menjadi salah satu gerbang masuk ke microsite. Facebook Page menjadi kendaraan awareness awal untuk mereka yang menjadi anggota Facebook. Saat mereka tertarik dengan info di Facebook Page, bisa jadi mereka akan langsung mendatangi microsite untuk membaca info atau berinteraksi yang lebih detil di sana.


dikutip dari>> http://media-ide.bajingloncat.com/2009/02/08/pemanfaatan-facebook-page-untuk-membangun-brand/

Read more

Merangkul Blogger untuk Promosi Brand


Beberapa bulan lalu Toyota-Astra Motor mengundang beberapa blogger untuk menghadiri launch Corolla Altis. Blogger (mungkin) dianggap bisa menyuarakan secara lebih personal apa yang dialaminya. Tentunya dengan harapan para pembaca blog tersebut ikut tahu dan tertarik dengan apa yang disampaikan blogger tersebut.

Tren ini ternyata terus berlanjut. Belum sebulan berlalu, sudah ada 2 event berbeda yang turut mengundang blogger. Konferensi pers yang dilakukan Pond’s kala peluncuran iklan berseri Bunga Citra Lestari ikut pula mengundang beberapa blogger sosialita (baca: gaul). Tak berapa lama kemudian, Sunsilk dengan Krisdayanti mengundang blogger yang sama untuk datang pada peluncuran buku “Hidup Tak Bisa Menunggu.”

Semua penyelenggara event ini berharap para blogger mau menuliskannya dengan sukarela di blog masing-masing. Tentunya dengan cara pandang masing-masing blogger. Terserah apakah tulisan itu bernada positif atau negatif, semua dikembalikan ke setiap blogger. Bahkan, kalau pun tidak ada blogger yang menuliskan pengalamannya, mereka pun tidak akan memaksa.

Bentuk lain namun dengan harapan hasil yang relatif sama adalah dengan meminta para blogger menuliskan advertorial di blognya. Blogger dibayar untuk melakukan review untuk suatu produk atau program promo yang diselenggarakan oleh brand. Produk atau detil program promo dikirimkan kepada para blogger, yang lalu diminta untuk menuliskan pengalamannya melalui sebuah tulisan di blog. Tentunya, isi tulisan dibebaskan. Terserah cara pandang dan pengalaman masing-masing blogger.

Semua kegiatan promo dalam blog itu punya tujuan serupa, yakni membangun buzz atau word of mouth. Semakin banyak blogger yang menuliskan hal tersebut, semakin ramai topik itu diperbincangkan dalam blogosphere. Semakin ramai diperbincangkan, brand yang dibicarakan pun menjadi semakin populer. Selanjutnya, tinggal kelihaian dari brand sendiri (atau agency komunikasi yang mewakilinya) untuk ikut aktif berbicara di dalam setiap blog tersebut, sehingga percakapan bisa terus terjadi secara positif.

Seperti yang diungkapkan oleh Hermawan Kartajaya di tulisan terbarunya tentang New Wave Marketing, promosi satu arah seperti yang dilakukan melalui TV, radio, ataupun media cetak, sudah tidak cukup lagi. Konsumen tidak mudah percaya begitu saja apa kata brand. “Kebenaran” yang ada tidak lagi dari sisi brand saja. Mereka lebih percaya bila “kebenaran” itu terjadi melalui percakapan yang setara antara pihak brand dan konsumennya.

Apa yang dituliskan seorang blogger seakan-akan bisa mengklarifikasi keraguan konsumen. Konsumen menjadi lebih percaya akan brand tersebut karena sudah ada orang lain yang mentestimonikan pengalamannya.

Sekarang pertanyaannya, apakah benar para blogger ini bisa memberikan dampak positif seperti yang diekspektasikan oleh brand? Apakah proses percakapan antara brand dan konsumen benar-benar terjadi?

Berdasarkan pengamatan dari beberapa komentar di blog seputar liputan atau advertorial, ternyata brand belum memanfaatkannya secara maksimal. Mereka masih berdiam pasif memantau setiap komentar, tanpa bertindak memelihara percakapan. Blog sepertinya masih dianggap hanya sebatas media semata. Sepanjang blogger sudah menuliskan pengalamannya, sudah dianggap cukup. Isi komentar dan balasannya masih belum terlalu dipedulikan.


Dikutip dari>>  http://media-ide.bajingloncat.com/2008/11/18/merangkul-blogger-untuk-promosi-brand/

Read more

Brand Jangan Bermain-main di Social Media


November 18, 2009
Oleh Nukman Luthfie

(marketing)Beberapa bulan terakhir ini saya bertemu dengan banyak Brand Manager dan Marketing Manajer, atau PR Manager, yang tertarik memasukkan produk/brandnya ke social media, entah ke Facebook maupun ke Twitter. Kesan saya mereka amat sangat (ya amat sangat) ingin eksis di social media, entah karena terpukau oleh konsep Low Cost High Impact atau memang sadar marketing. Namun pada saat yang sama mereka tidak memahami konsekwensinya, baik dari sisi manajemen, budgeting maupun peluang berhasilnya.

Saya akan kupas satu per satu.

Pertama, soal manajemen.

Social media adalah medium komunikasi, yang bukan hanya dua arah, antara konsumen dan produsen, tetapi multi arah, sebuah komunikasi horizontal yang “kacau-balau” antarkonsumen, antarkosumen-produsen. Jenis komunikasi seperti ini sangat jarang dirasakan dan dialami oleh brand manager yang hanya terbiasa dengan komunikasi satu arah (produsen ke konsumen) dan dua arah (antarkonsumen-produsen). Komunikasi searah dan dua arah relatif mudah dikendalikan arahnya.

Namun komunikasi multiarah, yang melibatkan konsumen dengan konsumen nyaris tidak bisa dikendalikan yang bisa berpotensi merusak brand, atau sebaliknya: justru meningkatkan nilai brand. Itu sebabnya, banyak Brand Manager, Marketing Manager, PR Manager yang terkaget-kaget dengan komunikasi ini.

Siapkan manajemen dengan komunikasi multiarah ini? Faktanya, kebanyakan tidak siap. Terbukti dari keenganan perusahaan untuk investasi SDM khusus dan/atau alihdaya untuk mengelola social media.

Kedua, soal budgeting.

Mereka yang terbius dengan konsep Low Cost High Impact akan beranggapan bahwa pemasaran lewat social media itu murah meriah sekaligus memberikan hasil yang besar. Barangkali mereka lupa bahwa yang disebut “low cost” itu relatif terhadap marketing tradisional via iklan TV dan media konvensional lain. Bukan sekadar asal low cost.

Budget eksis di social media, memang terkesan murah. Pertama, eksis di Facebook dan Twitter boleh dibilang gratis. Kita dapat membuat akun Facebook (termasuk Fanpages-nya) tanpa biaya. Demikian pula di Twitter dan social media lain. Budget promosi di social media pun relatif rendah karena iklannya targeted, hanya menembak target audience yang kita sasar saja.

Namun jangan lupa, masuk ke social media pun butuh strategi, yang tentu saja punya nilai Rupiahnya. Belum lagi, perlu SDM yang cukup, yang paham social media dan komunikasi online, sehingga dapat mengelola eksistensi brand di social media selama 24 jam sehari, dan tujuh hari sepekan. Plus, karena komunikasinya via Internet semua, budget komunikasi Internet ini juga harus dimasukkan.

Itu belum termasuk budget marketing gimmick berupa kupon diskon dan sejenisnya untuk menjaga loyalitas konsumen yang bergabung di social media.

Ketiga, peluang berhasil.

Kebanyakan brand manager merasakan mudahnya masuk social media karena banyaknya fasilitas untuk membangun komunikasi multiarah baik di Facebook maupun Twitter.

Ditambah lagi, beberapa studi kasus keberhasilan brand mengadopsi social media bertebaran di mana-mana. Dell dan Starbucks selalu menjadi inspirasi banyak brand manager untuk mendulang sukses yang sama di social media.

Sayangnya, kita melupakan faktor penting yang mendorong keberhasilan dua merek kondang itu. Salah satu faktor terpenting adalah: kedua brand itu sudah terbiasa bercakap-cakap dengan konsumennya baik di offline maupun di dunia maya.

Dell misalnya, sejak awal berdirinya dirancang sebagai satu-satunya produsen komputer yang bisa menyediakan spesifikasi komputer apapun yang “dirancang” pembelinya via online. Percakapan online sudah terjadi sejak awal. Kemudian Dell menciptakan komunitas pengguna Dell, membangun komunikasi horizontal antarpengguna melalui IdeaStorm, agar konsumen bisa saling berbagi gagasan yang kemudian dieksekusi Dell. Itu terjadi sebelum Facebook dan Twitter mewabah di mana-mana.  Kesuksesan Dell inilah yang kemudian dicoba diimplementasikan oleh Starbucks melalui Starbucks Ideas.

Kedua merek kondang itu sudah terbiasa bercakap-cakap dengan konsumennya sebelum masuk ke social media! Maka begitu mereka masuk ke social media, hasilnya luar biasa.

Permasalahannya, banyak brand di Indonesia yang tidak biasa atau bahkan tidak pernah bercakap-cakap dengan konsumennya, tiba-tiba ingin masuk ke social media dan berharap sukses.

Berkaca dari pengalaman Starbucks dan Dell yang memang sudah biasa bercakap dengan konsumennya SEBELUM  masuk ke social media, kita bisa menduga bahwa peluang sukses brand yang tidak biasa berkomunikasi dengan konsumennya sebelumnya akan sangat kecil. Untuk memperbesar peluangnya, perlu usaha dan budget yang lebih besar.

Itu sebabnya, saya mengatakan, brand jangan “bermain-main” di social media. Jika ingin ke social media, seriuslah. Siapkan manajemen dan budget, serta analisa dengan baik bagaimana pola komunikasi dengan konsumen selama ini sehingga mendapatkan strategi yang tepat ketika masuk ke social media.


dikutip dari : http://virtual.co.id/blog/cyberpr/brand-jangan-bermain-main-di-social-media/

Read more