Strategi Social Media Marketing Perlu Riset dan Insight


Oleh Nukman Luthfie

Mantra Social Media Marketing & Public Relations yang selama ini banyak didengung-dengungkan hanya dua. Yakni conversations dan engagement. Seperti disebut oleh The Cluetrain Manifesto: Markets are conversations. Di era social media, konsumen bukan lagi individu-individu pembeli, namun berjejering, yang saling bercakap-cakap satu sama lain. Jejaring konsumen yang saling bertukar info inilah yang membuat pasar menjadi kian cerdas dan kritis. Apa boleh buat, iklan tradisional via media (radio, cetak, teve, dan bahkan web) dan berbagai taktik marketing lain yang berjaya di era sebelum social media, kini tidak cukup lagi untuk merebut hati konsumen.

Perusahaan/merek harus melengkapi strategi pemasaran tradisional mereka dengan pemasaran media sosial yang karakternya adalah percakapan (conversations). Tentu saja, percakapan itu pada suatu titik harus bisa meningkat ke tahap engagement supaya bukan hanya meningkatkan brand awareness, tetapi juga dapat menciptakan penjualan dan loyalitas merek.

Dua mantra inilah yang selama ini banyak dipraktekkan perusahaan/merek Indonesia di berbagai medium sosial terutama Facebook dan Twitter. Mereka biasanya membuat akun di Facebook dan Twitter, melengkapinya dengan Fanpage dan lain-lain. Kemudian, mereka sibuk membangun percakapan dengan pengguna media sosial melalui akun-akun tersebut, dengan berbagai taktik.

Ada yang berhasil. Banyak yang gagal.

Mengapa? Karena dua mantra conversations dan engagement itu baru benar separo.

Benar separo? Ya!.

Saya perhatikan, kebanyakan perusahaan/merek melakukan percakapan yang sesungguhnya tidak bermakna untuk konsumen sehingga lama-kelamaan eksistensi mereka di media sosial diabaikan oleh pengguna media sosial. Perhatikan, banyak akun merek di media sosial yang jumlah fans/follower/friends – nya terbatas. Kalau pun banyak, setelah diteliti lebih dalam, tidak melakukan percakapan. Para fans/follower/friends yang banyak itu menjadi fans/follower/friends “mati”.

Dengan kondisi seperti itu, peningkatan status dari “conversations” ke “engagement” adalah kemustahilan.

Kecuali manajemen media sosialnya yang kurang tepat, perusahaan/merek yang gagal di media sosial kemungkinan besar karena melangkah terburu-buru tanpa dilandasi dua matra lain: riset dan insight!

Ini terbukti dari banyak kasus, budget perusahaan/merek untuk dua hal tadi nol besar di Social Media Marketing & PR.

Padahal kita tahu, riset “mengapa konsumen bersedia menjadi fans/follower/friends sebuah merek” misalnya, sangat menentukan content yang dibawa ketika membangun “conversation“. Padahal kita tahu, kepingan informasi kecil pun bisa menjadi insight yang bagus membangun “conversations” yang mengarah ke “engagement”

Maka, dari sudut pandang saya, Social Media Marketing bukan hanya conversations dan engagement semata. Namun conversations dan engagement yang dilandasi oleh riset dan insight terus menerus.

dikutip dari>> http://virtual.co.id/blog/cyberpr/strategi-social-media-marketing-perlu-riset-dan-insight/

0 comments:

Posting Komentar